Pada 8 April 2025, hari pertama bursa beroperasi setelah libur Lebaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 7,9% dari posisi terakhir sebelum libur.
Penurunan indeks pun berlanjut hingga IHSG mencapai level 5.967 pada 9 April 2025, terendah sejak awal tahun.
>
Jika dihitung secara tahun berjalan, sampai 9 April 2025 nilai IHSG sudah merosot 15,71% (year-to-date/ytd).
(Baca: Tarif Impor Trump Picu Ketakutan Investor Pasar Saham AS)
Seiring dengan anjloknya IHSG, nilai tukar rupiah terus melemah.
Sejak awal tahun sampai 9 April 2025 nilai tukar dolar Amerika Serikat (US$) terhadap rupiah sudah menguat 4,83% (ytd).
Nilai rupiah pun tertekan menjadi Rp16.943 per US$ seperti terlihat pada grafik.
Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, gejolak IHSG dan rupiah ini dipengaruhi situasi global.
"Ketidakpastian ekonomi global menciptakan tingginya volatilitas di pasar keuangan," kata Airlangga dalam materi paparan Sarasehan Ekonomi di Jakarta (8/4/2025).
Adapun menurut Muhammad Saiful Hakim, peneliti dari Laboratorium Business Analytic and Strategy Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), melemahnya IHSG dan rupiah dapat berdampak pada masyarakat.
"Capital outflow dalam jumlah besar meningkatkan permintaan terhadap dolar AS, yang berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. Jika tekanan ini terus berlanjut, maka daya beli masyarakat bisa ikut terdampak," kata Muhammad Saiful Hakim dalam artikelnya di situs ITS (21/3/2025).
Ia juga menilai gejolak di pasar modal dapat memicu gelombang PHK.
"Perusahaan yang kesulitan mendapatkan pendanaan cenderung menunda ekspansi bisnis. Jika kondisi ini terus berlanjut, risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat meningkat, yang pada akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi," lanjutnya.
(Baca: Kasus PHK Awal 2025 Lebih Banyak dari Awal Tahun Lalu)