Menurut data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah ditutup sebesar Rp16.575 pada penutupan perdagangan Jumat (28/2/2025).
Nilai tukar itu mengalami pelemahan selama lima hari beruntun. Rinciannya, nilai rupiah pada 24 Februari 2025 sebesar Rp16.303, nilai dolarnya naik dari sebelumnya Rp16.300.
>
Kemudian pada 25 Februari sebesar RpRp16.316; 26 Februari 2025 sebesar Rp16.387; dan 27 Februari 2025 sebesar Rp16.431.
Melansir Katadata, rupiah tertekan kekhawatiran pelaku pasar terhadap kebijakan kenaikan tarif impor AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, indeks dolar AS pada pagi tadi pun sudah kembali naik ke atas level 107.
“Ini mengindikasikan kekhawatiran pasar terhadap kebijakan kenaikan tarif Presiden AS Donald Trump yang kembali digaungkan pekan ini,” kata Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (28/2/2025).
Ariston mengatakan, komponen harga dari data produk domestik bruto (PDB) AS, yaitu data GDP Price Index AS kuartal IV 2024 menunjukkan kenaikan melebihi sebelumnya yakni 2,7% dari 1,9%. Ia menilai, data tersebut mengartikan adanya tekanan inflasi kembali.
“Ini bisa mengundang The Fed untuk menunda pemangkasan suku bunga acuannya dan mendorong penguatan dolar AS,” ujar Ariston.
Senada, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong juga memperkirakan rupiah akan melemah terhadap dolar AS yang menguat tajam.
“Ini dikarenakan pernyataan Trump yang memastikan tarif Kanada dan Meksiko yang tetap akan efektif diterapkan pada 3 Maret 2025,” kata Lukman.
Lukman menambahkan, dolar AS juga menguat karena data penjualan barang tahan lama AS yang lebih kuat dari perkiraan. Lukman sebelumnya memproyeksikan rupiah akan berada pada level Rp 16.400 per dolar AS hingga Rp 16.550 per dolar AS.
(Baca Katadata: Investor Makin Waswas Tarif Trump, Rupiah Terancam Loyo ke 16.500 per Dolar AS)