Menurut Copernicus Climate Change Service (C3S), rata-rata suhu global selama Januari-November 2024 naik 1,5957 derajat Celsius (°C), atau nyaris 1,6 °C lebih tinggi dibanding rata-rata suhu era pra-industri (1850-1900).
"Kita sekarang dapat mengonfirmasi secara hampir pasti bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun terhangat yang pernah tercatat, serta tahun kalender pertama dengan kenaikan suhu di atas 1,5 °C dibanding pra-industri," kata Samantha Burgess, Wakil Direktur C3S, dalam siaran pers (9/12/2024).
"Ini tidak berarti bahwa Perjanjian Paris telah dilanggar, tetapi artinya tindakan iklim yang ambisius lebih diperlukan dari sebelumnya," kata Samantha.
(Baca: Makin Tinggi Suhu Bumi, Makin Banyak Spesies Berisiko Punah)
Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), suhu global yang naik 1,5 °C bisa menimbulkan ancaman kekeringan bagi 951 juta orang.
Ancamannya berpotensi meluas jika kenaikan suhu makin tinggi. IPCC memperkirakan, jika suhu naik 2 °C bencana kekeringan bisa melanda 1,15 miliar orang, kemudian mengancam 1,28 miliar orang jika kenaikannya sampai 3 °C.
Selain bencana kekeringan, IPCC menilai kenaikan suhu global di atas 1,5 °C bisa memicu degradasi lingkungan, menurunkan produksi pertanian, hingga melahirkan masalah sosial-ekonomi.
"Kombinasi dari variabilitas iklim, perubahan iklim antropogenik, dan perubahan lahan menjadi gurun (desertification) akan mendorong kemiskinan, kerawanan pangan, dan peningkatan penyakit," kata IPCC dalam Special Report on Climate Change and Land (2019).
(Baca: Bumi Makin Panas, Biaya Ketahanan Pangan Makin Mahal)