Penduduk Indonesia menghasilkan semakin banyak emisi gas rumah kaca dalam beberapa dekade terakhir.
Menurut data European Commission, pada 1970 tingkat emisinya hanya 1,8 ton karbon dioksida ekuivalen (CO2eq) per kapita per tahun.
(Baca: Perbandingan Emisi Gas Rumah Kaca per Kapita ASEAN 2023)
Kemudian volumenya perlahan naik hingga menjadi 4,29 ton CO2eq per kapita pada 2023, rekor tertinggi baru.
Secara umum, selama periode 1970-2023 emisi per kapita Indonesia tumbuh 139% atau meningkat 2,4 kali lipat.
Kendati begitu, emisi per kapita Indonesia masih di bawah rata-rata global. Pada 2023 rata-rata penduduk dunia menghasilkan emisi 6,59 ton CO2eq per kapita per tahun.
Lain lagi jika diukur di skala negara. Dengan jumlah penduduk yang banyak, pada 2023 Indonesia secara nasional menyumbang 2,3% terhadap total emisi global, dan menjadi negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ke-7 di dunia.
Emisi gas rumah kaca yang dicatat European Commission adalah gabungan dari emisi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O), dan gas terfluorinasi (F gases).
Adapun datanya hanya mencakup emisi dari sektor pembangkit listrik, transportasi, pembakaran energi untuk industri, pertanian, eksploitasi bahan bakar fosil (pertambangan, produksi, dan pengolahan), proses industri (seperti proses produksi semen, pengolahan logam, produk kimia, dll), pembakaran energi untuk bangunan non-industri, dan sektor limbah.
Sedangkan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan atau land use, land-use change, and forestry (LULUCF) belum termasuk.
(Baca: 10 Negara Penghasil Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar 2023)