Laporan International Labour Organization (ILO), World Employment and Social Outlook: Trends 2025, menghitung jumlah dan tingkat pengangguran di kawasan Asia Tenggara.
Pada 2021, atau pandemi Covid-19, jumlah pengangguran cukup tinggi, yakni 10,6 juta orang. Adapun persentase terhadap populasinya mencapai 3,2%.
Tahun-tahun setelahnya, jumlah pengangguran cenderng turun. Rinciannya, menjadi 8,9 juta dengan proporsi 2,6% pada 2022.
Lalu turun lagi menjadi 8,6 juta dengan proporsi 2,5% pada 2023. Setahun berikutnya, turun menjadi 8,5 juta dengan proporsi 2,4%.
ILO memproyeksikan, jumlah pengangguran menjadi 8,4 juta pada 2025. Namun pada 2026, angkanya justru diprediksi meningkat menjadi 8,6 juta.
Namun, proporsi pengangguran tetap 2,4% dari 2024 hingga 2026.
ILO menyebut, di kawasan Asia dan Pasifik, ada sekitar 20% dari seluruh anak mudanya yang tidak memiliki pekerjaan. Angka ini sangat tinggi untuk perempuan muda, yaitu 30,4%, dibandingkan dengan laki-laki muda yang sebesar 11,3%.
"Angka-angka ini menunjukkan bahwa perempuan muda menghadapi hambatan yang lebih besar dalam mengakses pekerjaan, dan dalam pendidikan dan pelatihan, dibandingkan dengan laki-laki muda di kawasan ini," tulis ILO dalam laporan yang dikutip pada Sabtu (25/1/2025).
ILO menambahkan, indikator lain terkait sulitnya akses terhadap pekerjaan adalah kesenjangan pekerjaan, terutama di 'pinggiran' kelompok angkatan kerja, yaitu mereka yang menginginkan pekerjaan tetapi tidak tersedia atau tidak secara aktif mencari pekerjaan, atau keduanya.
Kategori ini, kata ILO, mencakup mereka yang tidak dapat bekerja karena berbagai alasan, termasuk kewajiban kerja perawatan.
"Hal ini menambah jumlah pengangguran di kawasan ini menjadi 76 juta orang yang tidak memiliki pekerjaan, di luar 88 juta orang yang menganggur," tulis ILO.
(Baca juga: Pengangguran yang Putus Asa di Indonesia Meningkat 2020-2023)