Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak dalam tren turun dalam beberapa waktu terakhir.
Jika dihitung selama periode 30 Desember 2024—24 Maret 2025, nilai IHSG sudah merosot 12,98% (year-to-date/ytd).
(Baca: Pelaku Pasar Modal RI Awal 2025 Mayoritas Investor Retail)
Seiring dengan turunnya IHSG, dolar AS (US$) bergerak menguat di hadapan rupiah (Rp).
Sejak akhir tahun lalu sampai 24 Maret 2025 nilai tukar US$ terhadap Rp sudah menguat 2,47% (ytd).
Nilai rupiah pun terdepresiasi dari Rp16.162 menjadi Rp16.561 per US$, seperti terlihat pada grafik.
Menurut Muhammad Saiful Hakim, peneliti dari Laboratorium Business Analytic and Strategy Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), pergerakan IHSG dan rupiah ini saling terkait.
"Penurunan IHSG tidak hanya berdampak pada investor, tetapi juga memengaruhi stabilitas ekonomi nasional," kata Muhammad Saiful Hakim dalam artikelnya di situs ITS (21/3/2025).
"Capital outflow dalam jumlah besar meningkatkan permintaan terhadap dolar AS, yang berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. Jika tekanan ini terus berlanjut, maka daya beli masyarakat bisa ikut terdampak," katanya.
Ia juga menilai ketidakstabilan pasar modal dapat berimbas pada sektor riil.
"Perusahaan yang kesulitan mendapatkan pendanaan cenderung menunda ekspansi bisnis. Jika kondisi ini terus berlanjut, risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat meningkat, yang pada akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi," lanjutnya.
(Baca: Tren PHK di Indonesia Meningkat 2022-2024)