Rata-rata nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah berfluktuasi sepanjang 2017 hingga 2023.
Data Bank Indonesia yang diolah oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukkan, angka nilai tukar dua tahun terakhir sangat jauh atau begitu melemah dibandingkan 2017 yang bertahan di kisaran Rp13 ribu per US$ per bulan.
Jika dilihat pada grafik, rata-rata nilai tukar dua tahun terakhir berada di kisaran Rp14 ribu-Rp15,7 ribu per bulan.
Selama enam tahun pun, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah pernah mencapai Rp16,4 ribu per US$. Nilai tukar yang melemah drastis itu terjadi pada Maret 2020 lalu. Diketahui, masa ini adalah awal pandemi Covid-19 merebak, sehingga pembatasan aktivitas berpengaruh pada roda ekonomi negara.
Nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah atau sebaliknya, dipengaruhi beberapa faktor dan menyebabkan fluktuasi setiap harinya.
Mundur pada Selasa (20/6/2023), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh level Rp15.033 per dolar AS. Koreksi pada kurs garuda terjadi setelah bank sentral Tiongkok, PBoC memangkas suku bunga pinjamannya. Ini menjadi sinyal tanda-tanda perlambatan ekonomi di negara tersebut, menurut analis pasar uang Lukman Leong.
Selain dari Tiongkok, tekanan rupiah juga bisa berasal dari kenaikan imbal hasil alias yield obligasi AS karena kekhawatiran suku bunga bank sentral AS, The Fed masih akan dinaikkan lagi. Mayoritas pasar memperkirakan suku bunga akan dinaikkan pada pertemuan bulan depan setelah ditahan pada pekan lalu.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra juga melihat pelemahan ekonomi Tiongkok dan Eropa akan menjadi perhatian utama pasar pada perdagangan belakangan ini. Selain itu, sikap hawkish The Fed soal arah suku bunga juga akan menekan rupiah.
Pada update terakhir Rabu (21/6/2023), nilai tukar rupiah terhadap dolar menguat menjadi Rp14.953 per US$.
(Baca juga: Inflasi AS Melandai, The Fed Tahan Suku Bunga pada Juni 2023)