Harga komoditas energi dan pangan global yang bergerak naik telah memicu inflasi tinggi di berbagai negara. Sejumlah bank sentral pun telah menaikkan suku bunga acuannya guna meredam inflasi.
Contoh negara yang mengalami kondisi tersebut adalah Amerika Serikat (AS). Inflasi tahunan AS telah mencapai 9,1% (year on year/yoy) pada Juni 2022, tertinggi dalam 41 tahun terakhir.
Tingginya inflasi tersebut membuat bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya secara agresif sebesar 75 basis points (bps) ke kisaran 1,5%-1,75% pada Juni 2022. Sehingga secara kumulatif The Fed telah menaikkan suku bunganya sebesar 150 bps pada semester I 2022.
Bank sentral Singapura (MAS) juga menaikkan suku bunga acuannya secara kumulatif sebesar 146 bps ke level 1,56%, setelah inflasi di negerinya mencapai 5,6% (yoy) pada Mei 2022.
Kemudian bank sentral Filipina secara kumulatif telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 125 bps menjadi 3,25%, akibat inflasi yang melambung hingga 6,1% (yoy).
Begitu pula bank sentral Korea Selatan, Malaysia, dan Taiwan, telah menaikkan suku bunga acuannya guna memerangi inflasi, dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
Sementara Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuannya BI7DRR di level 3,5%, meskipun inflasi telah mencapai 4,35% (yoy) pada Juni 2022. Langkah ini ditempuh guna mendorong pemulihan ekonomi domestik dari dampak pandemi Covid-19.
(Baca Juga: Harga Pangan Dunia Turun 2,3% pada Juni 2022)