Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menghimpun kapasitas kilang minyak Indonesia sepanjang 2022. Total volume mencapai 1.151,10 million barel steam per day (MBSD).
Dari jumlah tersebut, kilang Cepu menjadi yang terbesar dengan volume 380 MBSD. Di bawahnya ada Cilacap dengan kapasitas 348 MBSD.
Kapasitas terbesar lainnya adalah Balikpapan dengan volume 260 MBSD, disusul Dumai dengan volume 177 MBSD. Sementara paling kecil adalah kilang Kosim dengan kapasitas 10 MBSD.
(Baca juga: Berapa Kapasitas Kilang Minyak Indonesia?)
Bakal ada tambahan kapasitas kilang?
Melansir CNBC Indonesia, pemerintah telah memasukkan kilang bahan bakar minyak (BBM) Tuban, Jawa Timur menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Sayangnya, masih terganjal soal dana.
Kilang baru ini digarap PT Pertamina (Persero) melalui Subholding Refinery & Petrochemical, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan perusahaan Rusia Rosneft. Pertamina mengantongi saham 55%, sedangkan Rosneft 45%.
Pertamina sempat mengatakan bahwa investasi megaproyek kilang Tuban ini menyentuh US$21 miliar atau senilai Rp315 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per US$).
"Kilang Tuban tanahnya sudah siap, tapi kan ini harus dibicarakan pembiayaannya. Nah, tergantung Pertamina. Rosneft masih komitmen bangun di sana," kata Deputi Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Wahyu Utomo di Jakarta, Rabu (13/09/2023).
Adapun target produksi dari kilang Tuban yakni BBM dengan standar Euro V dan menghasilkan 12,8 juta kiloliter (kl) per tahun. Produksi itu meliputi avtur 1,49 juta kl; diesel 5,2 juta kl; RON 92 5,95 juta; dan RON 95 0,16 juta kl.
Selain BBM juga ditargetkan 4,70 juta ton petrokimia per tahun. Target ini di antaranya 1,3 juta ton paraxylene; 510 ribu ton styrene; 650 ribu ton LLDPE/HDPE; 1,16 juta ton polypropylene; 407 ribu ton sulfur; 500 ribu ton MEG; dan 173 ribu ton MTBE secara tahunan. Data ini diambil CNBC Indonesia dari Pertamina.
(Baca juga: Emisi Metana Tambang Batu Bara Lebih Besar dari Kilang Migas)