Dua negara konsumen batu bara terbesar dunia, yakni Tiongkok dan India, diproyeksikan bakal menaikkan volume konsumsinya tahun ini.
Proyeksi ini disampaikan International Energy Agency (IEA) dalam laporan Coal Market Update edisi Juli 2023.
Menurut IEA, sepanjang 2023 Tiongkok akan mengonsumsi batu bara hampir 4,7 miliar ton, meningkat 3,5% dibanding 2022 (year-on-year/yoy).
Kemudian konsumsi batu bara India diperkirakan meningkat 4,9% (yoy) menjadi 1,2 miliar ton.
Di sisi lain, konsumsi batu bara negara-negara konsumen utama lainnya, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, diproyeksikan bakal berkurang seperti terlihat pada grafik.
"Penurunan (di AS dan Uni Eropa) dipengaruhi oleh prospek ekonomi yang lebih lemah, harga gas yang lebih murah, pemulihan pembangkit listrik tenaga nuklir, serta produksi energi dari sumber daya terbarukan," kata IEA dalam laporannya.
(Baca: Ini Negara Konsumen Batu Bara Terbesar 2022)
Meski ada penurunan di AS dan Uni Eropa, IEA memperkirakan konsumsi batu bara global pada 2023 tak jauh beda dari tahun lalu, bahkan cenderung meningkat.
Pasalnya, penurunan konsumsi di AS dan Uni Eropa itu diimbangi dengan kenaikan konsumsi di sejumlah negara konsumen lainnya.
"Secara keseluruhan, permintaan batu bara global diperkirakan mencapai sekitar 8,38 miliar ton pada 2023, naik 0,4% dibanding tahun sebelumnya," kata IEA.
"Naik atau turunnya permintaan batu bara global tahun ini akan bergantung pada kondisi cuaca dan perekonomian negara-negara konsumen utama," lanjutnya.
Dalam laporan ini, IEA tidak menyampaikan proyeksi spesifik tentang angka permintaan batu bara di Indonesia. Namun, volume konsumsinya diperkirakan bakal naik juga, seperti di Tiongkok dan India.
"Indonesia akan menjadi konsumen batu bara terbesar kelima di dunia pada 2023, seiring dengan perekonomiannya yang positif. Sektor listrik, sektor peleburan (smelter), dan industri-industri lainnya diperkirakan akan mengonsumsi lebih banyak batu bara," kata IEA.
(Baca: Ini Negara Penghasil Batu Bara Terbesar 2022)