Menurut laporan PLN, pada tahun 2021 Indonesia memiliki 421 unit pembangkit listrik energi terbarukan dengan total kapasitas terpasang 4.189 megawatt (MW).
Jumlah itu baru 6,5% dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik nasional yang mencapai 64.553 MW pada tahun lalu.
Berikut rincian kapasitas terpasang pembangkit energi terbarukan Indonesia pada 2021, diurutkan dari yang terbesar sampai terkecil:
- Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA): 3.504,02 MW
- Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP): 579,26 MW
- Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH): 45,62 MW
- Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM): 37,68 MW
- Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS): 21,34 MW
- Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm): 0,5 MW
- Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB): 0,47 MW
Menurut International Renewable Energy Agency (IRENA), kapasitas terpasang pembangkit energi terbarukan di Indonesia masih sangat minim, yakni baru 0,3% dari seluruh potensi yang ada. IRENA menilai hambatan utama di sektor ini adalah kurangnya investasi.
"Hambatan signifikan dalam mendorong transisi energi Indonesia adalah pendanaan dan investasi. Sumber pembiayaan perlu diperluas dan kapasitas pembiayaan lokal perlu ditingkatkan," kata IRENA dalam laporan Indonesia Energy Transition Outlook yang dirilis Oktober 2022.
Terkait hal ini, Menteri BUMN Erick Thohir berencana mengembangkan strategi pembiayaan energi terbarukan lewat merger Pertamina, PLN, dan Star Energy.
"Kami punya tiga perusahaan panas bumi di Pertamina, PLN, dan satu lagi Star Energy di bawah Kemenkeu. Saya inginnya memergerkan ini sebagai satu kesatuan. Kami ingin seperti Pertamina Geothermal Energy supaya kami punya akses pendanaan lewat go public," kata Erick di acara Special Event Road to G20 di IPB International Convention Center Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/10/2022).
(Baca: Indonesia Butuh Investasi Rp4,7 Kuadriliun untuk Transisi Energi)