Lembaga riset energi Inggris, Ember Climate, menduga emisi metana dari aktivitas pertambangan batu bara tak dilaporkan sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia.
Melalui laporannya, Ember menyebut emisi gas metana batu bara atau coal mine methane (CMM) Indonesia bisa mencapai tujuh kali lipat lebih tinggi bila memakai laporan yang menggunakan data satelit dan tambang.
Rinciannya, dari data satelit, emisi CMM Indonesia berpotensi mencapai 750 kt CH4 atau sekitar enam kali lipat lebih besar dari estimasi resmi pemerintah yang sebesar 128 kt CH4. Penelitian ini dilakukan Shen dan kawan-kawan yang dimuat di jurnal Nature.
Sedangkan, estimasi data tambang menunjukkan emisi CMM yang mencapai tujuh kali lebih tinggi dari jumlah yang dilaporkan dengan total emisi sebesar 875 kt CH4 yang dipublikasikan Global Energy Monitor 2022.
"Keberadaan estimasi lain dari berbagai studi independen menjadi landasan ilmiah untuk membantu negara-negara meningkatkan estimasi emisi mereka agar dapat mengambil tindakan iklim yang lebih efektif," tulis tim riset dalam laporan yang diterbitkan Senin (11/3/2024).
Ember memberi contoh, yakni Australia meningkatkan faktor emisi metana untuk tambang batu bara terbuka di Queensland setelah adanya penilaian dan penelitian dari lembaga studi independen.
Dengan begitu Indonesia pun dapat merujuk pada temuan independen sebelumnya untuk meningkatkan faktor emisi yang spesifik atau country-specific emissions factors.
"Hal ini akan memfasilitasi Indonesia untuk mengidentifikasi wilayah dan tambang batu bara yang bertanggung jawab menghasilkan emisi CMM terbanyak serta memudahkan upaya mitigasi yang lebih terfokuskan," kata Ember.
(Baca juga: Pergerakan Emisi Metana dari Batu Bara RI, Naik Agresif Selama Dua Dekade)