Menurut data Global Energy Monitor, sampai akhir semester I 2023 terdapat 234 unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Indonesia, dengan total kapasitas 45,35 gigawatt (GW).
Angka itu mencakup kapasitas seluruh PLTU yang beroperasi, baik milik pemerintah maupun swasta, tanpa menghitung PLTU yang masih dalam tahap konstruksi atau PLTU non-aktif.
(Baca: Jawa Tengah, Provinsi dengan PLTU Batu Bara Terbesar di Indonesia)
Jika dirinci berdasarkan status kepemilikannya, perusahaan yang menguasai PLTU batu bara terbesar di Indonesia adalah PT PLN (Persero) dengan total kapasitas 8,43 GW.
Beberapa anak perusahaan PLN juga memiliki PLTU batu bara yang kapasitasnya tergolong paling besar di skala nasional, yaitu PT Indonesia Power Suralaya PGU dan PT Indonesia Power.
Sementara, 7 perusahaan lain dalam daftar 10 besar ini merupakan perusahaan swasta, yakni PT Central Java Power, PT Sumber Segara Primadaya, PT Paiton Energy, PT Bhumi Jati Power, PT Shenhua Guohua Pembangkitan Jawa Bali (PJB), PT Bhimasena Power Indonesia, dan PT Obsidian Stainless Steel dengan rincian kapasitas PLTU seperti terlihat pada grafik.
Ada pula sejumlah PLTU besar di Indonesia yang masih dalam tahap konstruksi atau perencanaan prakonstruksi, baik milik pemerintah maupun swasta.
Menurut data Global Energy Monitor, sekitar 58% dari total kapasitas PLTU batu bara yang belum rampung itu merupakan pembangkit listrik eksklusif untuk memasok kebutuhan energi industri, seperti industri pengolahan aluminium, kobalt, dan nikel yang terkait rantai pasokan baterai dan kendaraan listrik.
"Kawasan industri merupakan proyek strategis nasional bagi Indonesia. Tapi, kurangnya perencanaan berkelanjutan untuk memasok listrik bagi proyek-proyek tersebut dapat menjadi tantangan bagi ambisi nol emisi karbon di Indonesia," kata Global Energy Monitor dalam laporan Boom and Bust Coal 2023.
(Baca: 10 Negara dengan Emisi PLTU Batu Bara Terbesar di Dunia, Ada Indonesia)