Menurut data Direktorat Jenderal Bea Cukai yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 Indonesia mengimpor minyak mentah sekitar 15,26 juta ton. Volume impor ini meningkat sekitar 10% dibanding 2021.
Pada 2022 Indonesia paling banyak mengimpor minyak mentah dari Nigeria, dengan volume 5,68 juta ton. Sementara Arab Saudi menjadi pemasok terbesar nomor dua, dengan volume 4,19 juta ton.
Di urutan selanjutnya ada Azerbaijan, Angola, Australia, Gabon, Aljazair, Amerika Serikat, Guinea Ekuatorial, dan Malaysia dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Lifting Migas Indonesia Turun pada 2022, Terendah dalam 13 Tahun)
Adapun sepanjang 2022 harga minyak mentah di pasar global mengalami fluktuasi cukup tajam.
Menurut data Bank Dunia, rata-rata harga minyak mentah Brent pada Januari 2022 masih sekitar USD 85 per barel. Lalu mulai Februari 2022 harganya naik, hingga sempat mencapai rekor tertinggi USD 120 per barel pada Juni 2022.
Harganya kemudian melandai mulai Juli 2022 dan diproyeksikan akan cenderung turun sampai akhir 2023.
"Rata-rata harga minyak mentah Brent pada 2023 diperkirakan USD 84 per barel, turun dibanding 2022 yang rata-ratanya hampir USD 100 per barel," kata Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi April 2023.
Meski turun, harga minyak mentah Brent pada 2023 diprediksi tetap lebih mahal dibanding tahun 2015-2019, yang rata-rata harganya ketika itu hanya USD 57 per barel.
(Baca: Harga Minyak Dunia Naik Tipis pada April 2023, Konsumsinya Diprediksi Meningkat)