International Energy Agency (IEA) memproyeksikan energi surya bakal jadi penopang utama pembangkit listrik dunia pada 2030. Proyeksi ini disampaikan dalam laporan World Energy Outlook yang dirilis Oktober 2022.
Menurut data IEA, pada 2021 kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Fotovoltaik di seluruh dunia sudah mencapai 892 gigawatt (GW).
Kemudian berdasarkan kebijakan negara-negara yang berlaku saat ini (stated policies scenario), kapasitas PLTS Fotovoltaik global rencananya akan ditingkatkan hingga mencapai 3.020 GW pada 2030.
Angka tersebut jauh lebih besar dibanding kapasitas pembangkit energi terbarukan jenis lainnya ataupun pembangkit energi fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas bumi.
Jika kebijakan yang berlaku saat ini diterapkan dengan konsisten oleh semua negara, kapasitas PLTS Fotovoltaik bahkan bisa terus berkembang hingga menguasai 65% pasokan listrik dunia pada 2050.
"Harga modul fotovoltaik sudah turun 80% selama satu dekade terakhir berkat inovasi berkelanjutan di seluruh rantai pasokan. Energi surya fotovoltaik telah menjadi teknologi pembangkit listrik yang paling terjangkau di banyak wilayah," kata IEA dalam laporannya.
IEA memprediksi hal ini akan berdampak pada naiknya permintaan bahan baku untuk produksi modul surya fotovoltaik, seperti perak dan logam silikon tingkat metalurgi (metalurgical-grade silicon).
"Energi bersih menjadi peluang besar untuk pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja, sekaligus menjadi gelanggang persaingan ekonomi internasional," kata IEA.
(Baca: Indonesia Butuh Investasi Rp4,7 Kuadriliun untuk Transisi Energi)