Pemerintah Indonesia menerbitkan sukuk hijau ritel seri ST009 pada November 2022, dengan kupon imbal hasil minimal 6,15% dan tenor 2 tahun.
Melalui instrumen ini, pemerintah berhasil menghimpun dana sekitar Rp10 triliun dari investor individual dalam negeri.
(Baca: Sukuk Hijau Ritel ST009 Laris di Kalangan Milenial)
Dana investasi yang dihimpun dari sukuk hijau ritel ST009 paling banyak digunakan untuk membiayai proyek transportasi berkelanjutan, khususnya sektor perkeretaapian.
Hal ini tercatat dalam laporan Green Sukuk Allocation and Impact Report dari Kementerian Keuangan (2023).
Menurut laporan tersebut, sekitar Rp5,37 triliun atau 53,74% dana investasi ST009 dialokasikan untuk konstruksi dan manajemen infrastruktur perkeretaapian, termasuk pembangunan jalur ganda rel kereta serta jembatan.
Proyek kereta ini tersebar di Sumatera Barat, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kemudian sekitar Rp4,52 triliun atau 45,22% dana investasi ST009 dialokasikan untuk manajemen air berkelanjutan.
Manajemen air itu mencakup pembangunan dan rehabilitasi irigasi pertanian, bendungan, danau, serta jaringan penyimpanan air yang tersebar di Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Terakhir, sekitar Rp103,28 miliar atau 1,03% dana investasi ST009 dialokasikan untuk manajemen banjir.
Programnya meliputi pengembangan jaringan pipa transmisi dan intake, yakni struktur bangunan untuk mengendalikan aliran air permukaan, air tanah, dan air dari sumber lainnya.
Proyek manajemen banjir ini berlokasi di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.
(Baca: Sumatera Utara, Provinsi Paling Sering Dilanda Banjir pada 2023)