Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia mengalami inflasi tahunan 5,47% (year-on-year/yoy) pada Februari 2023.
Laju inflasi tersebut meningkat dibanding Januari 2023, serta jauh lebih tinggi dibanding 2020-2021 seperti terlihat pada grafik.
Angkanya juga masih jauh dari target Bank Indonesia (BI) yang ingin menekan laju inflasi ke kisaran 3±1% pada 2023.
Menurut BPS, komoditas yang memiliki andil besar terhadap inflasi awal tahun ini adalah beras, tahu mentah, telur ayam ras, ikan segar, cabai merah, bawang merah, rokok kretek, rokok kretek filter, dan rokok putih.
Laju inflasi juga dipengaruhi kenaikan harga air minum PAM, sewa/kontrak rumah, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan udara, mobil, bensin, uang kuliah, nasi dengan lauk, dan emas perhiasan.
Berikut rincian tingkat kenaikan harga atau laju inflasi tahunan pada Februari 2023 berdasarkan kelompok pengeluarannya, diurutkan dari yang tertinggi sampai terendah:
- Transportasi: 13,59% (yoy)
- Makanan, minuman dan tembakau: 7,23% (yoy)
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya: 5,63% (yoy)
- Penyediaan makanan dan minuman/restoran: 4,08% (yoy)
- Perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga: 4,02% (yoy)
- Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga: 3,43% (yoy)
- Kesehatan: 2,94% (yoy)
- Pendidikan: 2,76% (yoy)
- Rekreasi, olahraga, dan budaya: 2,6% (yoy)
- Pakaian dan alas kaki: 1,18% (yoy)
Hanya ada satu kelompok pengeluaran yang harganya turun atau mengalami deflasi tahunan pada Februari 2023, yakni informasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan deflasi 0,2% (yoy).
(Baca: Banyak Warga RI Merasa Biaya Hidup Bakal Naik pada 2023)