Perekonomian Kabupaten Kulon Progo paling terdampak Covid-19 di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta pada tahun lalu. Ini tercermin dari perekonomian di kabupaten tersebut yang diukur menurut besaran produk domestik regional bruto (PDRB) lapangan usaha atas dasar harga konstan (ADHK) 2010. Nilai PDRB mengalami kontraksi sebesar 4,06% pada 2020 atau setara Rp 8,41 triliun dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 8,77 triliun.
Kontraksi tersebut merupakan yang terdalam dibandingkan dengan 4 kabupaten/kota lainnya selama terjadi pandemi Covid-19 pada tahun lalu di DI Yogyakarta. Padahal, PDRB Kulon Progo sempat mencatat pertumbuhan sebesar 13,49% pada tahun 2019 dibanding tahun sebelumnya.
Sektor konstruksi menjadi salah satu pemicu kontraksi perekonomian di Kulon Progo. Sektor ini mengalami pertumbuhan negatif sebesar 18,44% atau setara Rp 1,39 triliun dari tahun 2019 yang sebesar Rp 1,7 triliun.
Selain Kulon Progo, Kabupaten Sleman juga mengalami kontraksi perekonomian terbesar, yakni sebanyak 3,91% pada 2020 dibanding tahun sebelumnya. Kemudian, Kota Yogyakarta mengalami pertumbuh negatif sebesar 2,42%.
Berikutnya, perekonomian Kabupaten Bantul juga mengalami kontraksi 1,66% pada 2020 dibanding 2019. Demikian pula, Kabupaten Gunung Kidul mengalami pertumbuhan negatif 0,68% pada tahun lalu dibanding tahun sebelumnya.
(Baca: Perekonomian Kabupaten Sleman Terbesar di Yogyakarta pada 2020)