Laporan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga 14 Desember 2022 mengalami defisit Rp237,7 triliun atau turun 61,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Defisit APBN jelang akhir tahun tersebut tercatat setara dengan 1,22% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Defisit ini jauh lebih kecil dari yang diindikasikan atau yang direncanakan yang tertuang dalam Perpres 98/2022," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KITA, Selasa (20/12). Adapun defisit yang tercantum dalam Perpres tersebut yakni sebesar Rp840,2 triliun.
Meskipun defisit, Sri Mulyani mengatakan, keseimbangan primer di APBN tahun ini masih tercatat surplus Rp129 triliun. Sejalan dengan kondisi tersebut, pembiayaan anggaran tercatat menurun 28,5% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 469,8 triliun, lebih rendah dari Rp 656,8 triliun hingga 14 Desember 2022.
“Dengan situasi defisit ini dan pembiayaan yang mengalami penurunan drastis juga akibat defisitnya yang menurun sangat drastis, yang menggambarkan APBN kita menjadi lebih sehat kembali,” jelasnya.
Seiring kondisi tersebut, Indonesia masih memiliki sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) sebesar Rp232,2 triliun hingga 14 Desember 2022. Angka ini lebih tinggi dari SILPA pada periode sama tahun tahun 2021 yang sebesar Rp39,4 triliun.
Dari sisi pendapatan negara, hingga akhir 14 Desember 2022 tercatat sebesar Rp2.479,9 triliun dari target APBN 2022 dalam Perpres 98/2022 sebesar Rp2.266,2 triliun. Sementara itu, belanja negara tercatat sebesar Rp 2,717,6 triliun atau 87,5% dari APBN.
(Baca: Pertama di Tahun Ini, APBN RI Defisit pada Oktober 2022)