Awal tahun ini sejumlah perusahaan besar di Amerika Serikat (AS) mengalami kebangkrutan. Salah satu kasus yang sempat ramai dibicarakan adalah Silicon Valley Bank (SVB).
Bank yang berkantor pusat di California itu bangkrut pada Maret 2023, setelah nasabahnya menarik simpanan besar-besaran hingga membuat SVB tak mampu membayar utangnya yang jatuh tempo.
Kebangkrutan juga melanda Bed Bath & Beyond (BBB), perusahaan ritel perlengkapan rumah tangga yang tergolong besar di AS.
Menurut The Washington Post, BBB mengajukan pailit pada April 2023, setelah mereka mengalami kerugian usaha USD 393 juta sepanjang 2022. BBB juga dikabarkan masih menunggak utang ke sejumlah bank dengan nilai total USD 925 juta.
Selain SVB dan BBB, masih ada banyak perusahaan AS yang terkena masalah kepailitan pada awal tahun ini. Bahkan menurut data S&P Global, trennya cenderung meningkat.
S&P Global mencatat, selama periode Januari-April 2023 sudah ada 236 perusahaan AS yang mengajukan bangkrut. Adapun data ini sebatas mencakup kebangkrutan perusahaan dengan nilai aset atau liabilitas minimal USD 2 juta.
"Sejauh ini, perusahaan AS yang bangkrut pada Januari-April 2023 lebih banyak dibanding empat bulan pertama tahun-tahun sebelumnya," kata tim riset S&P Global dalam laporannya, Kamis (4/5/2023).
Sepanjang Januari-April 2023, perusahaan AS yang bangkrut paling banyak berasal dari sektor produk konsumen (30 perusahaan), industri (23 perusahaan), keuangan (18 perusahaan), dan jasa kesehatan (18 perusahaan).
Dari seluruh perusahaan yang mengajukan pailit pada periode tersebut, 8 perusahaan di antaranya bangkrut dengan tunggakan utang lebih dari USD 1 miliar.
(Baca: Silicon Valley Bank Kolaps, Masuk 10 Kasus Kebangkrutan Terbesar di AS)