Konflik tengah berkecamuk antara dua negara tetangga Indonesia, yaitu Thailand dan Kamboja.
Menurut studi International Crisis Group, Thailand dan Kamboja sudah bersengketa soal perbatasan wilayah setidaknya sejak tahun 1950-an.
Sengketa lama itu pun mencuat lagi hingga meruncing menjadi bentrokan militer pada tahun ini.
"Tahun 2025 menjadi saksi meningkatnya ketegangan di wilayah perbatasan antara Thailand dan Kamboja, yang memicu bentrokan bersenjata mematikan pada bulan Juli dan Desember," kata media massa Thailand, Thai PBS (22/12/2025).
Merujuk pemberitaan Thai PBS, pada Sabtu (20/12/2025), militer Thailand mengerahkan pesawat jet tempur F-16 untuk mengebom Jembatan O-Jik di Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja.
Kemudian pada Minggu (21/12/2025), Kamboja menembakkan roket ke wilayah permukiman dan pasar Thailand di Distrik Aranyaprathet.
Aksi saling serang pun berlanjut sampai Senin (22/12/2025), di mana militer Thailand dan Kamboja saling menembakkan roket dan artileri.
"Thailand dan Kamboja dijadwalkan bertemu pada hari Rabu ini untuk membahas gencatan senjata," kata Thai PBS, Senin (22/12/2025).
(Baca: Peristiwa Konflik Global Meningkat dalam Beberapa Tahun Terakhir)
Adapun berdasarkan data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), dalam beberapa tahun terakhir Thailand mendapat paling banyak kiriman senjata dari Amerika Serikat (AS).
Selama periode 2010-2024, SIPRI menemukan ada 56 kontrak pengiriman senjata dari AS ke Thailand.
Kontrak tersebut berisi kesepakatan pengiriman beragam perlengkapan militer, mulai dari radar, rudal, torpedo, meriam, kendaraan tentara, helikopter militer, sampai pesawat tempur.
Dalam periode sama, ada cukup banyak juga kontrak pengiriman senjata ke Thailand yang berasal dari Ukraina, China, Israel, Jerman, Swedia, Italia, Prancis, Austria, dan Afrika Selatan, seperti terlihat pada grafik.
SIPRI mengumpulkan data ini dari sumber-sumber yang bisa diakses publik, mulai dari pemberitaan media massa, laporan perusahaan senjata, laporan ekspor-impor senjata, laporan lembaga pemerintah, serta laporan organisasi internasional seperti The United Nations Register of Conventional Arms.
(Baca: 10 Negara Eksportir Senjata Terbesar di Dunia)