International Monetary Fund (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2025 dan 2026. Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) Update July 2025, pertumbuhannya masing-masing sebesar 4,8%.
Proyeksi itu naik tipis 0,1 poin persen dari WEO edisi April 2025 yang sebesar 4,7% untuk 2025 dan 2026.
Revisi kenaikan juga terjadi di tingkat global. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3% pada 2025 dan 3,1% pada 2026. Proyeksi untuk 2025 ini lebih tinggi 0,2 poin persen dan 0,1 poin persen lebih tinggi untuk 2026 dibandingkan dengan proyeksi acuan WEO April 2025.
IMF menyebut, kenaikan proyeksi ini mencerminkan permintaan yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebagai bentuk antisipasi terhadap tarif yang lebih tinggi, rata-rata tarif efektif AS yang lebih rendah dibandingkan dengan yang diumumkan pada April, perbaikan kondisi keuangan, termasuk karena pelemahan dolar AS, dan ekspansi fiskal di beberapa yurisdiksi utama.
"Risiko terhadap prospek ekonomi cenderung mengarah ke sisi negatif, sama seperti yang dilaporkan dalam WEO April 2025," tulis IMF memberikan catatan atas proyeksi tersebut dalam laporannya, dikutip Jumat (1/8/2025).
(Baca: IMF Ramal Pengangguran RI 5% pada 2025, Tinggi di Asia)
Menurut IMF, naiknya tarif efektif dapat menyebabkan pertumbuhan yang lebih lemah. Ketidakpastian yang tinggi bisa mulai membebani aktivitas ekonomi, terutama jika batas waktu untuk tarif tambahan berakhir tanpa adanya kemajuan dalam perjanjian yang bersifat substantif dan permanen.
IMF juga melihat konflik geopolitik dapat mengganggu rantai pasokan global dan mendorong kenaikan harga komoditas. Defisit fiskal yang lebih besar—meningkatnya aversi atau ketakutan terhadap risiko—dapat menaikkan suku bunga jangka panjang dan memperketat kondisi keuangan global.
"Bila dikombinasikan dengan kekhawatiran akan fragmentasi, hal ini dapat memicu kembali volatilitas di pasar keuangan," tulis IMF.
Namun sisi positifnya, IMF melihat pertumbuhan global bisa meningkat jika negosiasi perdagangan menghasilkan kerangka kerja yang lebih dapat diprediksi dan penurunan tarif.
"Kebijakan perlu menciptakan kepercayaan, prediktabilitas, dan keberlanjutan dengan meredakan ketegangan, menjaga stabilitas harga dan keuangan, memulihkan ruang fiskal (fiscal buffers), dan melaksanakan reformasi struktural yang sangat dibutuhkan," kata IMF.
(Baca: Proyeksi IMF, Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 di Bawah 5%)