International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara di dunia, termasuk yang tergabung dalam kelompok MIKTA.
MIKTA, forum multilateral yang terdiri atas Meksiko, Indonesia, Turki, dan Korea Selatan, berdiri pada 2013 memiliki visi menggemakan suara negara berkekuatan menengah atau middle power sebagai jembatan penyelesaian isu global.
Dalam laporan World Economic Outlook April 2025, IMF memproyeksikan Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tahunan tertinggi dalam grup ini, yakni masing-masing 4,7% pada 2025 dan 2026.
Satu di antara faktor pertumbuhan ekonomi bisa dipengaruhi oleh pergerakan sektor industri manufaktur yang menghasilkan barang dan jasa. IMF menyebut, aktivitas manufaktur terus bergeser dari negara maju ke negara berkembang. Manufaktur Indonesia pun diprediksi cerah.
"Produksi melonjak di China dan juga telah berkembang di negara-negara kecil di Uni Eropa dan ASEAN-5, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand," tulis IMF dalam laporannya, dikutip pada Sabtu (28/6/2025).
Selanjutnya adalah Turki, yakni sebesar 2,7% pada 2025 dan 3,2% pada 2024. Disusul Australia dengan proyeksi 1,6% pada 2025 dan 2,1% pada 2026.
Korea Selatan, pemimpin grup ini pada 2025, diprediksi mengantongi pertumbuhan sebesar 1% dan 1,4% pada 2025 dan 2026.
Terakhir, Meksiko dengan pertumbuhan minus 0,3% pada 2025 dan 1,4% pada 2026. Lesunya pertumbuhan ekonomi Meksiko dihadapkan sejumlah faktor, salah satunya terindikasi dengan kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang tinggi, hingga 25%.
"Meksiko mengindikasikan niat untuk merespons tanpa menentukan langkah-langkah yang akan diambil, oleh karena itu, perkiraan referensi tidak mencakup tarif tambahan yang dikenakan pada impor Meksiko dari Amerika Serikat," tulis IMF.
Gambaran masa depan MIKTA
Negara-negara MIKTA terus mempererat kerja sama berbagai bidang, termasuk ekonomi. Saat Indonesia menjadi Ketua MIKTA periode Januari 2018-Februari 2019, lingkup kerja sama MIKTA semakin luas, antara lain di bidang ekonomi kreatif. Kelima negara ini juga pernah bekerja sama di bidang riset dan inovasi untuk mengantisipasi krisis pangan global.
Direktur Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Tri Purnajaya, menegaskan, MIKTA bergerak secara fleksibel dan lincah untuk menghadapi isu global. Output MIKTA diharapkan bisa membentuk kebijakan yang konvergen.
Hal serupa disampaikan oleh Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Meksiko di Indonesia, Alonso Martín Gómez-Favila. Menurutnya, tujuan ini bisa dipandu dengan kesamaan nilai yang dipegang MIKTA.
"Anggota MIKTA memiliki kepentingan yang sama dalam mempromosikan stabilitas regional dan keamanan global," kata Alonso dalam diskusi How Can MIKTA members Synergize to Reinvigorate Middle Power Diplomacy oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan The Korea Foundation di Jakarta, Kamis (26/6/2025).
Meksiko sendiri memiliki tiga pilar untuk memperkuat kerja sama dalam MIKTA. Pertama, memperkuat hubungan bilateral. Kedua, mempromosikan kerja sama internasional, Ketiga, konsultasi mengenai isu-isu global yang menjadi kepentingan bersama untuk mendukung tata kelola global yang inklusif dan efektif.
Alonso juga memetakan masa depan MIKTA, meliputi upaya mempromosikan tata kelola global hingga mengatasi krisis dengan komitmen pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs). Berikut rinciannya:
- Mempromosikan tata kelola global dan memperkuat suara negara berkembang.
- Menjembatani kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang.
- Menyatukan visi global yang saling bertentangan di dalam G20.
- Memperkuat multilateralisme di bawah prinsip-prinsip PBB.
- Menawarkan solusi pragmatis dan kreatif untuk tantangan global.
- Mengatasi krisis dengan komitmen keberlanjutan (SDGs) yang diperbarui.
- Membangun sistem yang efektif dan transparan untuk mencapai SDGs.
(Baca Katadata: Tekanan Geopolitik Tinggi, Korea Selatan Angkat 3 Isu Utama dalam MIKTA)