Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mengalami defisit Rp309,2 triliun sejak awal tahun hingga Oktober 2024. Angka ini setara 1,37% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Defisit ini melebar dibandingkan Oktober 2023 yang hanya Rp0,2 triliun.
"Defisit ini masih lebih kecil dibandingkan pagu APBN 2024," kata Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di kanal Youtube Kemenkeu, Jumat (8/11/2024).
Adapun pemerintah dan DPR menyepakati angka defisit sebesar 2,29% dari PDB atau Rp522,8 triliun pada 2024.
Defisit APBN ini dipengaruhi oleh belanja negara yang lebih tinggi dibanding pendapatan negara.
Realisasi pendapatan negara sampai akhir Oktober 2024 naik tipis 0,3% (yoy) menjadi Rp2.247,5 triliun, setara 80,2% dari target APBN tahun ini yang totalnya Rp2.802,3 triliun.
Sementara, realisasi belanja negara sampai akhir Oktober 2024 naik 14,1% (yoy) menjadi Rp2.556,7 triliun, setara 76,9% dari pagu anggaran tahun ini yang totalnya Rp3.325,12 triliun.
"Pertumbuhan belanja negara ini sangat tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ini memberikan dampak perekonomian yang cukup baik," kata Sri Mulyani.
Bendahara negara juga menyebut, keseimbangan primer hingga Oktober 2024 masih mengalami surplus sebesar Rp97,1 triliun.
(Baca: Mayoritas Utang Pemerintah RI Jatuh Tempo dalam 5 Tahun)