Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Burhanuddin Abdullah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai target 8% pada periode 2025-2029. Hal tersebut diungkapkan dalam UOB Economic Outlook 2025 di Jakarta, Kamis (26/9/2024).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian domestik pernah tumbuh hingga 8% (year-on-year/yoy) hanya pada 1995. Setelah krisis 1998, pertumbuhan ekonomi tertinggi hanya 6%. Bahkan tumbuh sekitar 5% saja pasca-pandemi Covid-19.
Sementara pertumbuhan ekonomi pada semester I 2024 sebesar 5,05% (yoy). Adapun target pertumbuhan yang termuat dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2025 sebesar 5,2% (yoy).
(Baca juga: IMF Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5% pada 2024 dan 5,1% pada 2025)
Salah satu pendorong perekonomian, agar bisa tumbuh hingga 8%, adalah kuatnya peran sektor manufaktur sebagai lokomotif perekonomian domestik. Sayangnya, industri pengolahan belum mampu menjadi mesin penggerak pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Industri pengolahan yang berkontribusi terbesar terhadap PDB nasional justru menunjukkan penurunan dalam satu dasawarsa terakhir. Dari 21,08% pada 2014, berangsur turun menjadi hanya 18,67% terhadap PDB.
Berikut pertumbuhan industri pengolahan (yoy) sejak 2014-2023:
- 2014: 4,64%
- 2015: 4,33%
- 2016: 4,26%
- 2017: 4,29%
- 2018: 4,27%
- 2019: 3,8%
- 2020: -2,93%
- 2021: 3,39%
- 2022: 4,89%
- 2023: 4,64%
Berikut ini pertumbuhan PDB nasional (yoy) sejak 2014-2023:
- 2014: 5,01%
- 2015: 4,88%
- 2016: 5,03%
- 2017: 5,07%
- 2018: 5,17%
- 2019: 5,02%
- 2020: -2,07%
- 2021: 3,7%
- 2022: 5,31%
- 2023: 5,05%.
(Baca juga: Data Rasio Utang dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia era Jokowi)