Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional turun empat bulan beruntun selama periode Mei-Agustus 2024.
IHK adalah indikator untuk mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dibeli konsumen, dihitung berdasarkan hasil survei biaya hidup BPS. Jika IHK naik artinya terjadi inflasi, dan jika IHK turun artinya terjadi deflasi.
(Baca: Populasi Kelas Menengah Indonesia Kian Berkurang)
Menurut Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, deflasi bulanan yang terjadi sepanjang Mei-Agustus 2024 mencerminkan adanya penurunan daya beli konsumen.
"Memang sekarang lebih lambat konsumsi rumah tangganya, dan itu disebabkan oleh penurunan daya beli yang terefleksikan dan diindikasikan dari deflasi selama empat bulan beruntun," kata Faisal kepada Katadata, Kamis (5/9/2024).
Namun, menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, deflasi saat ini bukan disebabkan penurunan daya beli, melainkan karena peningkatan pasokan barang dan jasa.
"Fenomena deflasi empat bulan ini lebih ditunjukkan dari sisi supply, artinya masih terjadi di sisi penawaran. Jika hal ini kemudian [dipengaruhi] pendapatan masyarakat, maka kita perlu kaji lebih lanjut untuk bisa membuktikan asumsi tersebut," kata Pudji, disiarkan Antara, Senin (2/9/2024).
(Baca: Pengeluaran Kelas Menengah RI Umumnya Rp2 Jutaan Sebulan)