Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pola belanja masyarakat kelas menengah Indonesia mengalami pergeseran dalam 10 tahun terakhir.
Pada 2014 sebanyak 45,53% pengeluaran kelas menengah dialokasikan untuk belanja makanan. Kemudian pada 2024 porsinya turun menjadi 41,67%.
Selama periode tersebut porsi pengeluaran kelas menengah untuk perumahan juga turun dari 32,87% menjadi 28,52%.
Kemudian porsi pengeluaran untuk pendidikan turun dari 4,32% menjadi 3,66%; dan untuk kesehatan turun dari 3,27% menjadi 2,86%.
Di sisi lain terjadi kenaikan porsi pengeluaran untuk barang/jasa lainnya, pajak, kendaraan, keperluan pesta, pakaian, barang tahan lama, dan hiburan seperti terlihat pada grafik.
"Tetapi secara umum memang prioritas pengeluaran kelas menengah adalah makanan, perumahan, dan barang jasa lainnya," kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (28/8/2024).
Kelas menengah Indonesia yang dimaksud BPS adalah masyarakat dengan pengeluaran antara 3,5 sampai 17 kali lipat dari garis kemiskinan nasional.
Pada 2024 jumlah kelas menengah Indonesia mencapai 47,85 juta orang atau 17,13% dari total penduduk.
Jumlahnya berkurang dibanding masa pra-pandemi tahun 2019. Saat itu populasi kelas menengah mencapai 57,33 juta orang atau 21,45% dari total penduduk.
"Kami identifikasi masih ada scarring effect dari pandemi terhadap ketahanan kelas menengah," kata Amalia.
(Baca: Hanya 17% Penduduk Indonesia yang Masuk Kelas Menengah)