Mayoritas penduduk Indonesia memiliki kemampuan ekonomi lebih rendah dari kelas menengah.
Hal ini terlihat dari data yang dipaparkan Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam rapat bersama Komisi XI DPR, Rabu (28/8/2024).
BPS membagi kelas ekonomi masyarakat berdasarkan rentang pengeluaran bulanan, mengacu ke laporan Bank Dunia yang bertajuk Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class 2019 dengan rincian berikut:
- Kelas atas: Pengeluaran lebih dari Rp9.909.844/kapita/bulan (>17 kali garis kemiskinan)
- Kelas menengah: Pengeluaran Rp2.040.262—Rp9.909.844/kapita/bulan (3,5 sampai 17 kali garis kemiskinan)
- Menuju kelas menengah: Pengeluaran Rp874.398—Rp2.040.262/kapita/bulan (1,5 sampai 3,5 kali garis kemiskinan)
- Rentan miskin: Pengeluaran Rp582.932—Rp874.398/kapita/bulan (1,0 sampai 1,5 kali garis kemiskinan)
- Miskin: Pengeluaran kurang dari Rp582.932/kapita/bulan (di bawah garis kemiskinan)
Pada 2024, masyarakat Indonesia yang tergolong kelas atas hanya 1,07 juta orang atau 0,38% dari total penduduk.
Kemudian yang tergolong kelas menengah hanya 47,85 juta orang (17,13%).
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih di tahap menuju kelas menengah atau aspiring middle class, yakni 137,50 juta orang (49,22%).
Aspiring middle class adalah masyarakat yang berhasil naik kelas ekonomi tapi masih rentan miskin.
Kemudian sebanyak 67,69 juta orang (24,23%) rentan miskin, dan 25,22 juta orang (9,03%) tergolong miskin.
(Baca: Ada 25 Juta Penduduk Miskin di Indonesia pada Maret 2024)