Dalam laporan Thematic Quarterly Outlook: Ketidakpastian Global dan Peluang Ekonomi Domestik edisi Juli 2022, Danareksa Research Institute (DRI) memproyeksikan ekonomi Indonesia bakal tumbuh di kisaran 4,91%-5,26% pada 2022.
DRI juga optimistis ekonomi Indonesia akan melanjutkan pertumbuhan dalam rentang 5,11%-5,28% pada 2023, kemudian tumbuh 5,2%-5,35% pada 2024.
"Berdasarkan perkembangan ekonomi terkini serta potensi dan tantangan ke depan, perekonomian domestik diperkirakan melanjutkan pemulihan," tulis DRI dalam laporannya.
Kendati demikian, DRI mengingatkan ada sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan tersebut.
"Peningkatan inflasi menjadi tantangan pada proses pemulihan ekonomi tahun 2022. Ke depan, inflasi diperkirakan akan melanjutkan peningkatan yang dipicu oleh kenaikan harga energi (BBM, listrik, dan gas LPG) sejalan dengan harga komoditas global yang tinggi," jelas DRI.
(Baca: JCER: Indonesia Hadapi Risiko Inflasi Tinggi Setahun ke Depan)
DRI mencatat Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuan BI7DRR di level 3,5% untuk mendukung daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi Covid-19.
BI juga telah melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) bank umum konvensional menjadi sebesar 5% pada Maret 2022, dari sebelumnya yang hanya 3,5%. Namun, DRI menilai langkah ini belum cukup kuat.
"Dalam jangka panjang, peningkatan GWM relatif tidak berpengaruh pada inflasi karena peningkatan GWM tidak memengaruhi tingkat konsumsi masyarakat," jelas DRI.
Dengan demikian, DRI memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuannya seiring peningkatan inflasi di waktu mendatang.
"Merespons kenaikan inflasi domestik, BI akan meningkatkan suku bunga acuan (BI7DRR) begitu inflasi mencapai batas atas rentang yang ditetapkan," prediksi DRI.
(Baca: Ekonomi Indonesia Tumbuh 3,69% pada 2021)