Hasil kolaborasi riset East Ventures, Katadata Insight Center (KIC), dan PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia menunjukkan nilai transaksi sektor pendidikan terus meningkat. Adapun proyeksi nilai transaksi sektor ini bisa mencapai Rp1.207 triliun pada 2027.
Pada 2017, nilai transaksi sektor pendidikan sebesar Rp546 triliun. Proporsinya, 11% dari SMP dan SMA; 22% dari PAUD dan SD; 36% dari perguruan tinggi; dan 32% dari lainnya.
Sementara 2022 mencapai Rp828 triliun. Proporsinya, 11% dari SMP dan SMA; 21% dari PAUD dan SD; 36% dari perguruan tinggi; dan 33% dari lainnya.
Pertumbuhan nilai transaksi dari 2017 menuju 2022 mencapai 9%.
Proyeksi pada 2023 sebesar Rp880 triliun. Adapun komponen persentasenya, 11% dari SMP dan SMA; 20% dari PAUD dan SD; 36% dari perguruan tinggi; dan 33% dari lainnya.
Sedangkan pada 2027, proyeksinya mencapai Rp1.207 triliun dengan rincian persentase 11% dari SMP dan SMA; 20% dari PAUD dan SD; 36% dari perguruan tinggi; dan 33% dari lainnya.
Pertumbuhan nilai transaksi 2023-2027 diproyeksikan mencapai 8%.
Secara komponen proporsi dari tahun ke tahun terlihat tak berubah banyak. Yang berubah cukup signifikan adalah nilai transaksinya.
Tim menyebut pemerintah telah menjalankan perubahan dan penyesuaian melalui program Merdeka Belajar. Ini juga akan memengaruhi anggaran pendidikan atau nilai transaksinya.
"Pada tahun ajaran 2022/2023, sebagai bagian dari kebijakan tersebut, program Kurikulum Merdeka dijalankan secara resmi dan diadopsi bertahap oleh sekolah-sekolah," tulis tim riset.
Data diolah dari Euromonitor. Laporan ini dimuat dalam East Ventures-Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2023 dengan tema Keadilan Digital Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
(Baca juga: Selepas Pandemi, Nilai Transaksi Sektor Healthtech Diproyeksikan Terus Meningkat)