KLHK: Jumlah Hotspot di Indonesia Capai 385 Dalam 24 Jam Terakhir (Sabtu, 10 Agustus 2024)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 385 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 214 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Sabtu (10/8/2024) pukul 16.08 WIB. Dari 385 titik panas terdeteksi, 8 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 374 titik skala sedang, dan 3 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Mayoritas Desa di Kawasan IKN Berisiko Banjir)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Sumatera Selatan sebanyak 54 titik. Sulawesi Tengah menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 46 titik. Jawa Timur berada di posisi ketiga sebanyak 45 titik panas.
Sebanyak 35 titik panas terdeteksi di Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur menyusul dengan 30 titik panas, serta Jambi dan Sulawesi Selatan masing-masing memiliki 24 dan 24 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: BPBD: Kerugian Bencana Banjir di Sumatera Barat Capai Rp108,38 Miliar)