Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan penduduk miskin di DKI Jakarta menurun untuk pertama kalinya sejak pandemi menjadi 498,29 ribu atau 4,67% dari total penduduk Ibu Kota.
Dibandingkan Maret 2021, angka kemiskinan di DKI Jakarta per September turun 0,05 poin. Pada Maret 2021, angka kemiskinan DKI Jakarta bahkan menembus 4,72% paling tinggi dalam 20 tahun terakhir.
Penurunan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan September 2020 yang turun 0,02 poin. Tercatat, angka kemiskinan DKI Jakarta pada September 2020 sebesar 4,69%.
BPS mencatat, penurunan angka kemiskinan ini merupakan sinyalemen baik dari adanya perbaikan pada beberapa indikator makro ekonomi. Pada September 2021, ekonomi tumbuh 2,43% bila dibandingkan pada 2020.
Salah satu yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tumbuhnya komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) sebesar 4,57% (year on year/yoy). Pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara bertahap juga ikut andil mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Kemudian, serapan tenaga kerja baru juga meningkat. Selama kurun Agustus 2020-Agustus 2021, lapangan kerja yang ada di Jakarta sudah berhasil mengurangi 42 ribu pengangguran dan bahkan mampu menyerap 36 ribu tenaga kerja baru dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 8,50%.
Selain itu, selama periode Maret-September 2021, pemerintah telah berhasil menjaga stabilitas harga. Kumulatif inflasi secara umum pada periode ini hanya sebesar 0,26%. Rendahnya harga menyebabkan masyarakat miskin tetap mampu membeli barang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
(Baca: Bukan Jakarta, Ini Provinsi dengan Angka Kemiskinan Terendah se-Indonesia)