Partisipasi perempuan Indonesia dalam bidang ekonomi dan politik terus menguat dalam lima tahun terakhir.
Hal ini tercermin dari skor Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang konsisten tumbuh sejak 2018, hingga mencapai rekor tertinggi baru pada 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) melalui tiga dimensi, yaitu keterwakilan di parlemen, pengambilan keputusan, dan distribusi pendapatan.
Dimensi keterwakilan di parlemen diukur dengan proporsi keterwakilan perempuan dan laki-laki di lembaga legislatif.
Kemudian dimensi pengambilan keputusan diukur dengan indikator proporsi perempuan dan laki-laki yang bekerja sebagai manajer, staf administrasi, pekerja profesional, dan teknisi.
Sementara dimensi distribusi pendapatan diukur dari upah buruh laki-laki dan perempuan di sektor non-pertanian.
BPS kemudian merumuskan hasil analisisnya ke dalam skor 0-100 poin, dengan kategori penilaian sebagai berikut:
- Rendah: IDG<50
- Sedang: 50≤IDG<60
- Tinggi: 60≤IDG≤80
- Sangat tinggi: IDG>80
Dengan metode tersebut, BPS mencatat skor Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indonesia pada 2022 mencapai 76,59 poin atau berada di level "tinggi".
Capaian indeks itu tumbuh 0,43% dibanding 2021, sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Adapun sejak 2018 IDG tercatat konsisten meningkat setiap tahun, dengan rincian skor dan tingkat pertumbuhan seperti terlihat pada grafik.
Pertumbuhan IDG ini juga sejalan dengan naiknya skor Dimensi Gender dalam Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Dimensi Gender IPK diukur melalui komponen yang sama dengan IDG, yaitu partisipasi perempuan di bidang ekonomi dan politik, namun dengan tambahan komponen partisipasi perempuan dalam pendidikan.
Skor Dimensi Gender IPK tercatat konsisten naik selama Indonesia dilanda pandemi, dengan tingkat pertumbuhan 6,3% pada 2020, kemudian tumbuh 0,93% pada 2021, dan tumbuh 1,29% pada 2022.
"Peningkatan IDG bersamaan dengan Dimensi Gender IPK pada periode Pandemi, menunjukkan gambaran keterlibatan perempuan di masing-masing ranah tidak berkurang meskipun dilanda krisis," kata tim Kemendikbudristek dalam laporan Kebudayaan dalam Perbandingan: Analisis Komparatif Atas IPK dan Enam Indeks Terkait.
(Baca: Indeks Pembangunan Kebudayaan Nasional Meningkat pada 2022, Tertinggi sejak Pandemi)