Tren penerbitan buku di dalam negeri cenderung melemah dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat dari Laporan Hasil Riset Perbukuan Indonesia yang dirilis Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi).
Menurut laporan tersebut, pada periode 2015-2016 jumlah judul buku baru yang terbit sempat meningkat. Namun, sejak 2017 jumlahnya menurun dan terus melemah hingga mencapai titik terendah pada 2020, seperti terlihat pada grafik.
Namun, data ini baru mencakup judul buku baru dari penerbit yang didistribusikan melalui toko buku Gramedia.
Menurut Ikapi, jaringan toko Gramedia menyerap sekitar 37% dari total judul buku baru yang terbit secara nasional, sedangkan 63% sisanya didistribusikan penerbit secara mandiri atau melalui toko-toko lainnya.
Adapun sampai hari ini (22/5/2023) Ikapi belum merilis data jumlah terbitan buku teranyar.
Kendati jumlah terbitannya tercatat menurun, kondisi riil mengenai industri perbukuan nasional sulit diperkirakan.
"Tidak seperti di Inggris yang merilis perkembangan revenue penjualan buku setiap tahun, sangat sulit bagi publik untuk mendapatkan data tahunan kondisi keekonomian buku di Indonesia," kata Anggun Gunawan, Dosen Prodi Penerbitan di Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta, dalam artikelnya Wajah Penerbitan di Indonesia yang disiarkan situs resmi Ikapi, Sabtu (20/5/2023).
Kondisi penjualan buku di Indonesia juga sulit terlihat, karena saat ini banyak buku yang ditransaksikan melalui toko-toko online dari dalam dan luar negeri.
"Dalam hal ini, tidak bisa meninggalkan data dari marketplace, seperti Shopee dan Tokopedia yang menjadi mitra utama banyak penerbit Indonesia untuk menjual buku-buku fisik secara daring, serta penjualan e-book yang semakin menggeliat, baik dioperasikan oleh perusahaan global seperti Google Book dan Amazon, maupun oleh agensi-agensi lokal seperti Gramedia Digital, Aksara Maya, dan Kubuku," kata Anggun.
(Baca: Warga Yogyakarta Paling Gemar Membaca se-Indonesia)