Selama periode 7-30 Oktober 2023, perang antara Israel dan kelompok militan Hamas telah menewaskan lebih dari 8.400 warga Palestina.
Korban Palestina paling banyak berada di Jalur Gaza, yakni korban jiwa 8.309 orang dan korban luka 21.048 orang. Sementara di wilayah Tepi Barat korban jiwanya 121 orang dan korban luka 2.208 orang.
Kemudian sampai Senin (30/10/2023) jumlah total korban jiwa dari pihak Israel sekitar 1.402 orang, tidak ada laporan penambahan korban jiwa baru sejak pekan lalu (23/10/2023), sementara korban lukanya bertambah 2 orang menjadi 5.447 orang.
Data ini dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) dari Kementerian Kesehatan Gaza dan keterangan resmi pemerintah Israel.
Di luar angka-angka di atas, OCHA menyebut ada sekitar 1.950 warga Palestina di Gaza yang dilaporkan hilang, sekitar 1.050 orang di antaranya adalah anak-anak. Mereka yang hilang ini diperkirakan terjebak di timbunan reruntuhan bangunan.
Adapun warga Palestina di Gaza yang masih hidup kini bertahan dalam kondisi yang sangat buruk. Hal ini diungkapkan Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal UNRWA, badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang melayani kebutuhan pengungsi Palestina.
"Lebih dari 670 ribu pengungsi kini berada di sekolah dan gedung UNRWA yang penuh sesak. Mereka hidup dalam kondisi yang sangat buruk dan tidak sehat, dengan makanan dan air yang terbatas, tidur di lantai tanpa kasur, atau di luar ruangan, di tempat terbuka," kata Philippe Lazarini dalam siaran persnya, Senin (30/10/2023).
"Kelaparan dan keputusasaan berubah menjadi kemarahan terhadap komunitas internasional, dan di Gaza, komunitas internasional lebih dikenal dengan nama UNRWA," lanjutnya.
Saat ini sudah ada belasan negara yang mengumumkan komitmen pemberian bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina, dengan jumlah total bantuan mencapai Rp5 triliun. Namun, akses masuk bantuan masih sangat dibatasi oleh pihak Israel.
"Pada 30 Oktober 2023, total ada 26 truk yang membawa pasokan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza melalui penyeberangan Rafah (perbatasan Gaza dengan Mesir). Meski ada peningkatan bantuan yang masuk ke Gaza dalam dua hari terakhir, bantuan yang ada saat ini hanya sebagian kecil dari jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah memburuknya situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan, termasuk kerusuhan sipil," kata OCHA, Senin (30/10/2023).
(Baca: 13 Negara Beri Bantuan untuk Palestina, Totalnya Rp5 Triliun)