Masalah perdagangan orang menjadi salah satu topik bahasan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang digelar pada 10-11 Mei 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
"Hal yang menyentuh kepentingan rakyat menjadi perhatian penting para leaders, termasuk perlindungan pekerja migran dan korban perdagangan manusia. Saya mengajak negara ASEAN untuk menindak tegas pelaku-pelaku utamanya," kata Presiden Jokowi dalam keterangan pers penutup rangkaian KTT ASEAN, Kamis (11/5/2023).
"Ini penting dan sengaja saya usulkan karena korbannya adalah rakyat ASEAN, dan sebagian besar adalah warga negara Indonesia," kata Jokowi.
(Baca: Data Korban Perdagangan Orang di Asia Timur dan Pasifik 10 Tahun Terakhir)
Dalam laporan Global Report on Trafficking in Persons 2022, United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) mengestimasikan rasio jumlah korban perdagangan orang di kawasan Asia Timur dan Pasifik mencapai 0,34 korban per 100.000 penduduk pada 2020.
Namun, data UNODC hanya merepresentasikan jumlah korban yang terdeteksi dan tercatat pihak berwenang, sehingga rasio korban secara aktual bisa jadi lebih tinggi. Data ini juga sebatas mencakup korban dari 11 negara Asia Timur dan 8 negara Pasifik.
Negara Asia Timur yang tercakup dalam laporan UNODC adalah Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Singapura, Filipina, Thailand, Mongolia, Jepang, dan Tiongkok. Kemudian negara Pasifik meliputi Fiji, Palau, Tonga, Vanuatu, Kep. Solomon, Mikronesia, Australia, dan Selandia Baru.
Mayoritas korban perdagangan orang di Asia Timur dan Pasifik dieksploitasi untuk kerja paksa, dengan proporsi 54%. Kemudian 38% dieksploitasi secara seksual, seperti untuk praktik pelacuran, dan 8% dieksploitasi dalam bentuk-bentuk lainnya.
Sepanjang 2020, korban perdagangan orang di Asia Timur dan Pasifik didominasi oleh perempuan dewasa dengan proporsi 58%. Kemudian korban dari kelompok laki-laki dewasa 18%, anak perempuan 21%, dan anak laki-laki 3%.
(Baca: 12 Ribu Organ Manusia Diperdagangkan Ilegal Tiap Tahun, Berapa Harganya?)