Anak muda rentan mengalami stres. Terutama mereka yang masuk kategori usia milenial dan Gen Z.
Ada ragam penyebab yang menjadi pemicunya. Menurut hasil survei organisasi akutansi, Deloitte, bertajuk Millennials and Generation Z-making mental health at work a priority, generasi Z dan milenial mudah stres karena masalah prospek kerja/karier.
“Gen Z berada di posisi teratas dalam daftar prospek karir ini,” demikian dikutip dari laporan tersebut.
Tercatat, persentase generasi Z yang mengalami stres karena prospek kerja/karier sebanyak 50%. Jumlah ini 9 poin lebih tinggi dari generasi milenial yang sebanyak 41%.
Penyebab utama stres lainnya karena rencana keuangan jangka panjang. Rinciannya, generasi Z sebanyak 48% dan generasi milenial sebanyak 46%.
Alasan lainnya karena kesejahteraan keluarga, rinciannya Generasi Z sebanyak 47% dan milenial 46%. Kemudian, karena kondisi pandemi yang tak tahu kapan berakhir dengan persentase Gen Z dan milenial masing-masing sebanyak 43%.
Selanjutnya, karena masalah keuangan harian (masing-masing 38%), kesehatan fisik dan kesehatan mental (Gen Z 35% dan milenial 33%), dan masalah sosial/iklim politik (masing-masing 28%).
Survei ini juga menemukan bahwa dampak positif dari lingkungan kerja yang suportif, berkolerasi antara dukungan pada kesehatan mental di tempat kerja, level stres, serta kecemasan karyawan. Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk mendukung kesehatan mental para karyawannya.
Adapun survei ini terhadap 23 ribu responden di kategori usia milenial dan Gen Z. Survei ini dilakukan pada awal 2021 di 45 negara.
(Baca: Gen Z Lebih Banyak Merasa Cemas Dibanding Milenial dan Gen X)