Menurut data United Nations Development Programme (UNDP) yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks ketimpangan gender (Gender Inequality Index/GII) Singapura terendah di ASEAN, sementara Indonesia meraih skor tertinggi.
UNDP memberikan skor GII 0,065 poin kepada Singapura. Artinya, negara tersebut mempunyai pencapaian GII yang paling baik di antara negara-negara ASEAN lainnya.
Capaian GII Singapura sudah sangat baik dalam semua aspek. Aspek tersebut meliputi kesehatan reproduksi dan fertilitas remaja yang ditandai dengan rendahnya Maternal Mortality Rate (MMR) dan Adolescence Birth Rate (ABR). Selain itu, kesetaraan capaian pendidikan, kesempatan kerja, dan keterlibatan perempuan di parlemen juga sudah sangat baik.
Malaysia dan Brunei Darussalam menempati posisi kedua dan ketiga dengan GII terendah di ASEAN, dengan skor masing-masing 0,253 poin dan 0,255 poin. GII yang rendah di kedua negara tersebut ditopang oleh indikator kesehatan reproduksi yang cukup baik dan gap capaian pendidikan antara laki-laki dengan perempuan yang rendah.
Adapun, Indonesia mempunyai skor GII tertinggi di ASEAN, yakni 0,48 poin. Hal itu menunjukkan, Indonesia merupakan negara dengan pencapaian pembangunan gender yang belum optimal dibandingkan negara ASEAN lainnya.
Tak hanya di wilayah ASEAN, pencapaian pembangunan gender di Indonesia pun belum optimal dibandingkan negara-negara di dunia dan Asia Timur dan Pasifik. Ketimpangan gender Indonesia pada 2019 berada pada peringkat ke 121 dari 162 negara.
Skor GII Indonesia bahkan diatas rata-rata dunia yang sebesar 0,436 poin. Atas dasar itu, perlu adanya upaya lebih yang harus dilakukan pemerintah Indonesia melalui berbagai kebijakan dari sisi kesehatan, pemberdayaan, dan akses dalam pasar tenaga kerja untuk mengejar ketertinggalan tersebut.
(Baca: Indeks Pembangunan Gender Yogyakarta Tertinggi di Indonesia)