Kementerian LHK: Jumlah Titik Panas di Indonesia Capai 104 Dalam 24 Jam Terakhir (Senin, 22 Desember 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 104 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 48 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Senin (22/12/2025) pukul 11.36 WIB. Dari 104 titik panas terdeteksi, 2 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 101 titik skala sedang, dan 1 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Hampir 5 Ribu Kejadian Bencana Alam di Indonesia Sepanjang 2023, Karhutla Mendominasi)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Maluku Utara sebanyak 40 titik. Sulawesi Tengah menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 18 titik. Jambi berada di posisi ketiga sebanyak 8 titik panas.
Sebanyak 8 titik panas terdeteksi di Maluku, Sulawesi Selatan menyusul dengan 7 titik panas, serta Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Timur masing-masing memiliki 6 dan 4 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Banjir, Bencana Alam yang Banyak Melanda Indonesia per September 2025)