Tak cukup menyerang Palestina, Israel kini berperang dengan Iran. Pada Jumat (13/6/2025), Israel melakukan serangan udara ke fasilitas nuklir, militer, dan infrastruktur Iran.
Kemudian pada Sabtu (14/6/2025), Iran balas meluncurkan rudal ke Israel. Aksi saling serang ini masih berlanjut hingga sekarang.
"Israel dan Iran terkunci dalam eskalasi pertukaran rudal, yang menargetkan infrastruktur keamanan dan ekonomi satu sama lain, sekaligus menyerang pusat-pusat penduduk," kata wartawan AlJazeera, Minggu (15/6/2025).
Mengutip pemberitaan CNN, sejak awal serangan sampai Minggu (15/6/2025), Israel telah menewaskan 224 warga Iran dan membuat 1.277 orang terluka.
Di sisi lain, serangan Iran telah menewaskan 17 warga Israel dan membuat belasan orang luka-luka.
(Baca: Pemerintah AS Ikut Biayai Iron Dome Israel, Ini Anggarannya)
Menurut data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), ada empat negara yang tercatat menjadi pemasok senjata untuk Israel, yaitu Amerika Serikat (AS), Jerman, Kanada, dan Italia.
Selama periode 2010-2024, SIPRI menemukan ada 44 kontrak pengiriman senjata dari AS ke Israel.
Senjata yang dikirim AS beragam, mulai dari kendaraan tempur darat, sistem peluncur roket, berbagai jenis rudal dan bom, helikopter, sampai pesawat tempur.
Dalam periode sama, ada 8 kontrak pengiriman senjata ke Israel yang berasal dari Jerman, serta dari Kanada dan Italia masing-masing 3 kontrak.
Jenis senjata yang dikirim Jerman ke Israel berupa sistem radar, rudal, torpedo, kapal selam, dan kapal perang.
Kemudian Kanada mengirim mesin pesawat, dan Italia mengirim helikopter, pesawat tempur latihan, serta meriam kapal perang.
SIPRI mengumpulkan data ini dari sumber-sumber yang bisa diakses publik, mulai dari pemberitaan media massa, laporan perusahaan senjata, laporan ekspor-impor senjata, laporan lembaga pemerintah, serta laporan organisasi internasional seperti The United Nations Register of Conventional Arms.
(Baca: AS akan Beri Bantuan Militer untuk Israel sampai 2028)