Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia meraih surplus neraca perdagangan US$472 juta pada Juli 2024.
Nilai itu merosot 80% dibanding Juni 2024 (month-to-month) yang surplusnya US$2,39 miliar, atau turun 63% dibanding Juli tahun lalu (year-on-year) yang surplusnya US$1,29 miliar.
Surplus pada Juli 2024 berasal dari perdagangan nonmigas US$2,60 miliar, tapi tereduksi oleh defisit perdagangan migas senilai US$2,13 miliar.
Jika dilihat berdasarkan negara mitra, surplus Indonesia pada Juli 2024 paling banyak berasal dari perdagangan dengan Amerika Serikat (US$1,27 miliar), India (US$1,23 miliar) dan Filipina (US$742,9 juta).
Kemudian defisit terbesar berasal dari transaksi dengan China (-US$1,70 miliar), Australia (-US$602,8 juta), dan Singapura (-US$402,5 juta).
Secara kumulatif, pada Januari—Juli 2024 Indonesia meraih surplus dari sektor nonmigas US$28,16 miliar, diiringi defisit dari sektor migas US$12,24 miliar, sehingga neracanya mencetak total surplus US$15,92 miliar.
Perolehan tersebut turun sekitar 25% dibanding Januari—Juli 2023 (cumulative-to-cumulative) yang total surplus neracanya US$21,20 miliar.
(Baca: Neraca Dagang RI Surplus 50 Bulan Beruntun sampai Juni 2024)