Data BPJS Ketenagakerjaan yang diolah Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menunjukkan, ada 162.327 kasus kecelakaan kerja di Indonesia hingga Mei 2024.
Rinciannya, kecelakaan kerja dari peserta BPJS Ketenegakerjaan penerima upah (PU) sebanyak 149.070 kasus; bukan penerima upah (BPU) sebanyak 11.784 kasus; dan jasa konstruksi sebanyak 1.473 kasus.
Jawa Barat menjadi provinsi dengan kasus kecelakaan kerja terbanyak pada periode tersebut, yakni 30.259 kasus. Detailnya, kecelakaan kerja PU sebanyak 28.237; BPU 1.817; dan jasa konstruksi 205 kasus.
Urutan kedua ada Jawa Timur dengan total 24.771 kasus. Rinciannya, PU sebanyak 22.828; BPU sebanyak 1.636; dan jasa konstruksi 307 kasus.
Ketiga adalah Jawa Tengah dengan jumlah 21.159 kasus. Rinciannya, PU 19.398; BPU 1.632; dan jasa konstruksi 129 kasus.
Selanjutnya ada Banten dengan total 13.909 kasus dan Riau 10.482 kasus. Adapun provinsi dengan jumlah kasus kecelakaan kerja paling sedikit yakni Sulawesi Barat 44 kasus; Maluku 56 kasus; dan Sulawesi Tengah 95 kasus.
Berikut daftar lengkap jumlah kecelakaan kerja berdasarkan provinsi hingga Mei 2024:
- Jawa Barat 30.259 kasus
- Jawa Timur 24.771 kasus
- Jawa Tengah 21.159 kasus
- Banten 13.909 kasus
- Riau 10.482 kasus
- Sumatera Utara 9.319 kasus
- DKI Jakarta 9.317 kasus
- Kepulauan Riau 7.994 kasus
- Kalimantan Timur 4.115 kasus
- Bali 4.056 kasus
- DI Yogyakarta 3.314 kasus
- Kalimantan Tengah 3.311 kasus
- Kalimantan Selatan 2.698 kasus
- Sumatera Selatan 2.650 kasus
- Sumatera Barat 2.601 kasus
- Jambi 2.235 kasus
- Kalimantan Barat 2.133 kasus
- Gorontalo 1.648 kasus
- Lampung 1.499 kasus
- Sulawesi Selatan 1.002 kasus
- Kep. Bangka Belitung 539 kasus
- Nusa Tenggara Barat 443 kasus
- Kalimantan Utara 415 kasus
- Aceh 391 kasus
- Sulawesi Utara 358 kasus
- Papua 353 kasus
- Bengkulu 335 kasus
- Sulawesi Tenggara 258 kasus
- Maluku Utara 246 kasus
- Papua Barat 164 kasus
- Nusa Tenggara Timur 158 kasus
- Sulawesi Tengah 95 kasus
- Maluku 56 kasus
- Sulawesi Barat 44 kasus.
(Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan Cairkan Klaim Rp25,43 Triliun pada Juni 2024)