Menurut estimasi International Energy Agency (IEA), nilai investasi di sektor energi secara global mencapai US$3,12 triliun pada 2024.
Sekitar US$1,12 triliun (36%) masuk ke sektor energi fosil, kemudian US$2 triliun (64%) untuk energi bersih.
"Investasi energi bersih telah meningkat pesat sejak 2020. Anggaran global untuk energi terbarukan dan infrastrukturnya kini lebih tinggi dari anggaran untuk minyak, gas, dan batu bara," kata IEA dalam laporan World Energy Investment 2024.
Investasi energi bersih yang dicatat IEA ini masuk ke beragam industri, meliputi teknologi panel surya, jaringan transmisi dan fasilitas penyimpanan listrik, produksi bahan bakar rendah emisi, sampai pembangkit energi nuklir.
(Baca: Pemanasan Global Kian Intens, Dekati 1,5 Derajat Celsius)
IEA menilai kenaikan investasi energi bersih telah berdampak pada turunnya harga logam, mineral, dan bahan pasokan lain yang penting untuk teknologi pendukung transisi energi.
Namun, modalnya masih belum cukup untuk mencapai target mitigasi perubahan iklim.
"Tren investasi saat ini tidak sejalan dengan tingkat yang diperlukan agar dunia bisa membatasi pemanasan global maksimal 1,5 °C di atas level pra-industri," kata IEA.
"Momen saat ini sangat mengesankan, tapi jika trennya berlanjut, ini baru mencukupi sekitar dua pertiga dari total kebutuhan investasi untuk melipat-tigakan kapasitas energi terbarukan sampai 2030," lanjutnya.
IEA pun menilai perlu ada tambahan investasi energi bersih sekitar US$500 miliar per tahun untuk bisa mencapai skenario net zero emissions.
(Baca: Intensitas Emisi Industri RI Naik, Makin Tak Ramah Lingkungan)