Presiden Joko Widodo (Jokowi) merestui putra sulungnya, yaitu Gibran Rakabuming Raka, untuk maju sebagai bakal cawapres mendampingi bakal capres Prabowo Subianto untuk Pemilu 2024.
Adapun menurut survei Indikator, mayoritas warga kurang/tidak setuju jika langkah tersebut diartikan sebagai bentuk pengkhianatan Jokowi terhadap partai asalnya, yakni PDIP, yang mengusung pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Survei Indikator mencatat, proporsi responden yang kurang/tidak setuju bahwa Jokowi mengkhianati PDIP ada 44,1%.
Namun, ada juga 34,7% responden yang setuju bahwa restu Jokowi untuk Gibran merupakan bentuk pengkhianatan terhadap PDIP.
Sementara 21,3% responden lainnya tidak tahu atau tidak menjawab.
Survei Indikator juga menemukan, masyarakat memiliki pendapat berbeda terkait sikap politik Jokowi yang merestui Gibran jadi bakal cawapres.
"Mayoritas warga, 66,7% berpendapat Presiden Jokowi berhak menentukan keputusan politiknya, meski tidak sejalan dengan partainya, PDIP," kata Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam konferensi persnya secara virtual, Minggu (12/11/2023).
Di sisi lain, ada 21,1% responden yang beranggapan bahwa sikap Jokowi tersebut tidak menunjukkan rasa hormat kepada PDIP sebagai partai yang membesarkannya.
Survei ini melibatkan 1.220 responden berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah. Sampel diambil menggunakan metode multistage random sampling dari seluruh provinsi Indonesia yang terdistribusi secara proporsional.
Koleksi data dilakukan pada 27 Oktober-1 November 2023 menggunakan metode wawancara tatap muka. Tingkat kesalahan survei (margin of error) 2,9% dengan tingkat kepercayaan 95%.
(Baca juga: Sebagian Warga Nilai Gibran Tak Pantas Jadi Cawapres, Apa Alasannya?)