Selama periode 7-24 Oktober 2023, perang Israel-Palestina telah menimbulkan sekitar 7.200 korban jiwa dan 23.500 korban luka dari kedua belah pihak.
Data ini dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) dari Kementerian Kesehatan Gaza dan keterangan resmi pemerintah Israel.
(Baca: Warga Palestina Butuh Bantuan Rp4,6 Triliun, Mayoritas untuk Makan)
Sampai hari ke-18 perang, yakni Selasa (24/10/2023), jumlah total korban jiwa Palestina sudah sekitar empat kali lipat lebih banyak dari korban jiwa Israel.
"Pemboman besar-besaran Israel dari udara dan darat meningkat dalam semalam di seluruh Jalur Gaza, mengakibatkan jumlah kematian tertinggi di Gaza sejak awal perang, seperti yang dilaporkan Kementerian Kesehatan Gaza," kata OCHA dalam laporannya, Selasa (24/10/2023).
OCHA mencatat, mayoritas korban Palestina berada di Jalur Gaza dengan jumlah korban jiwa sekitar 5.791 orang dan korban luka 16.297 orang. Sementara di wilayah Tepi Barat korban jiwanya 95 orang dan korban luka 1.833 orang.
Kemudian korban jiwa dari pihak Israel berjumlah sekitar 1.402 orang dan korban luka 5.445 orang, tidak ada penambahan korban baru dari hari sebelumnya.
Selain angka-angka di atas, OCHA menyebut ada sekitar 1.550 warga Palestina di Gaza yang dilaporkan hilang, sekitar 800 orang di antaranya adalah anak-anak.
Orang-orang yang hilang itu diperkirakan terjebak atau meninggal tertimbun reruntuhan bangunan.
"Tim penyelamat, terutama dari Tim Pertahanan Sipil Palestina, sedang berjuang untuk melaksanakan misi mencari orang-orang yang hilang, di tengah serangan udara yang terus menerus, kurangnya pasokan bahan bakar untuk menjalankan kendaraan dan peralatan, serta koneksi jaringan seluler yang terbatas atau tidak ada sama sekali," kata OCHA.
OCHA juga melaporkan jumlah pengungsi di Gaza sudah melampaui 1,4 juta orang pada Selasa (24/10/2023).
Dari jumlah tersebut, sekitar 590.000 orang tinggal di pos-pos penampungan darurat UNRWA, badan khusus PBB yang melayani pengungsi Palestina.
Kemudian sekitar 101.500 orang berlindung di rumah sakit, gereja, dan bangunan umum lainnya, 79.000 orang tinggal di pos pengungsian non-UNRWA, dan sekitar 700.000 orang mengungsi ke rumah kerabatnya.
"Kepadatan pos pengungsi UNRWA di Gaza bagian tengah dan selatan menjadi kekhawatiran utama. Jumlah pengungsi di banyak tempat penampungan UNRWA telah mencapai 4.400 orang, sedangkan pos-pos tersebut hanya dirancang untuk menampung 1.500-2.000 pengungsi per posnya," kata OCHA.
"Kepadatan dan kekurangan pasokan bahan pokok telah memicu ketegangan di kalangan pengungsi, dan juga laporan kekerasan berbasis gender," lanjutnya.
(Baca: 13 Negara Beri Bantuan untuk Palestina, Totalnya Rp5 Triliun)