Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor industri furnitur Indonesia melemah pada paruh pertama tahun ini.
Pada semester I 2023 total volume ekspor furnitur nasional mencapai 253,5 ribu ton, turun 26,2% dibanding semester I tahun lalu. Dalam periode sama nilai ekspornya juga turun 30,9% menjadi US$1,07 miliar.
(Baca: Setelah Tumbuh Pesat, Ekspor Furnitur Melemah pada 2022)
Jika dilihat dari volume, penurunan kinerja terjadi pada hampir semua subkategori industri furnitur (logam, kayu, rotan/bambu, bahan lainnya), kecuali furnitur plastik yang volume ekspornya naik.
Tapi, jika dilihat dari nilai ekspornya, seluruh subkategori tersebut merosot, termasuk furnitur plastik. Hal ini mengindikasikan harga furnitur plastik Indonesia jatuh di pasaran luar negeri pada semester I 2023.
Adapun menurut Presiden Jokowi, kinerja ekspor industri furnitur secara umum turun karena kemitraan internasional yang lemah.
"Menurut saya, (penurunan ekspor) ini karena kita tidak ber-partner, negara lain saling ber-partner. Sehingga, memang harus mau terbuka, mau ber-partner dengan industri perusahaan mebel dari luar," kata Jokowi saat memberi sambutan di IFFINA Indonesia Meubel & Design Expo, ICE BSD, Tangerang, Kamis (14/9/2023).
Jokowi pun mendorong para pelaku industri furnitur agar memasukkan produknya ke e-katalog pemerintah, untuk meluaskan pasar di dalam negeri.
"Kalau kita gabung dengan APBN, APBD, BUMN, belanja (furnitur) kita sudah sampai Rp1.236 triliun. Itu bukan hanya mebel. Mebel hampir US$1,1 miliar dan banyak diisi oleh furnitur impor," kata Jokowi.
"Artinya bolanya semua ada di bapak-ibu untuk ber-partner dan mau mengambil pasar dalam negeri," katanya lagi.
(Baca: Ekspor Industri Furnitur Merosot Kuartal I 2023, Pabrik Pangkas Karyawan)