Polusi Udara Jakarta: Daftar PLTU yang Bersemayam dan Penghentian Operasional Perusahaan

Energi
1
Erlina F. Santika 25/08/2023 18:40 WIB
Kapasitas Terpasang 10 PLTU yang Berdiri di Jakarta dan Sekitarnya (2023)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Polusi udara DKI Jakarta dan sekitarnya masih mengkhawatirkan masyarakat. Terdapat beberapa sumber yang diduga memperburuk kualitas udara belakangan ini, yakni sumber bergerak dan tidak bergerak.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyebut, sumber bergerak yang dimaksud berupa asap kendaraan bermotor yang mengeluarkan karbon dioksida. Produksi polusi udara yang dihasilkan dari sektor transportasi lebih cepat menyebar karena mengikuti gerak kendaraan bermotor.

Sedangkan sumber tak bergerak adalah aktivitas pembuangan karbon dioksida yang dilakukan pada suatu tempat dan berlangsung secara berkelanjutan. Contohnya, pembangunan proyek jalan, aktivitas kawasan industri dan pabrik, serta kegiatan dari PLTU batu bara.

Ketua Kampanye Walhi DKI Jakarta, Muhammad Aminullah, mengatakan, peran asap bakar dari PLTU batu bara di Banten dan Jawa Barat menjadi salah satu faktor memburuknya kualitas udara Jakarta dan sekitarnya belakangan ini. Walhi mengalkulasikan, PLTU menyumbang 20-30% polusi udara di Jakarta, sedangkan transportasi 30-40%.

Bersama Greenpeace, Walhi menghimpun 10 PLTU batu bara yang berjarak 100 kilometer (km) dari Ibu Kota. Berikut daftarnya berdasarkan volume kapasitas terpasang dilansir dari Katadata:

  1. PLTU Suralaya unit 1-7
    PLTU Suralaya terletak di Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten atau persisnya 7 kilometer arah timur laut dari Pelabuhan Merak. PLTU yang dibangun pada tahun 1984 itu punya kapasitas 3.400 MW
  2. PLTU Pelabuhan Ratu unit 1-3
    PLTU Pelabuhan Ratu yang lebih dikenal sebagai PLTU Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu Operation and Maintenance Services Unit (OMU) berada di Kabupaten Sukabumi memiliki kapasitas terpasang sebesar 1.050 MW.
  3. PLTU Lontar unit 1-3
    PLTU Lontar adalah salah satu proyek PT PLN Unit Induk Jawa Bagian Barat berkapasitas 945 MW. PLTU Lontar memasok tiga subsistem wilayah DKI Jakarta dan Banten yaitu, Subsistem Balaraja, Subsistem Kembangan, dan Subsistem Muara Karang-Gandul. PLTU Lontar terletak di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Tangerang, Provinsi Banten
  4. PLTU Lestari Banten Energi
    PLTU milik swasta itu terletak di Ibu Kota Provinsi Banten, Serang dengan kapasitas 670 Megawatt (MW). PLTU yang menggunakan teknonologi boiler supercritical itu mulai melaksanakan operasi komersial sejak 2017. Proyek yang termasuk dalam program 35.000 MW itu menelan biaya investasi mencapai US$ 1 miliar.
  5. PLTU Suralaya unit 8
    PLTU berkapasitas 625 MW mulai beroperasi pada 28 Desember 2011. PLTU yang terletak di Desa Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten itu kerap disebut sebagai PLTU Suralaya Baru.
  6. PLTU Labuan unit 1-2
    PLTU yang mulai beroperasi pada 2009 itu memiliki kapasitas total 600 MW untuk pasokan listrik pada sistem Jawa Bali. PLTU Labuan Unit 1 dan 2 mengkonsumsi batu bara sebagai bahan bakar sebanyak 180.000 Kg per jam setara dengan pemakaian BBM 69.000 liter per jam.
  7. PLTU Lontar Extension Unit 4
    PLTU Lontar Extension Unit 4 mampu menghasilkan listrik sebesar 315 MW untuk memasok listrik Jawa Bagian Barat. PLTU Lontar terhubung dengan sistem kelistrikan Jawa-Bali melalui jaringan transmisi 150kV dan 500kV.
  8. PLTU Babelan unit 1-2
    PLTU Babelan mulai beroperasi secara komersial pada 2007 dan memiliki kapasitas 280 MW. PLTU tersebut telah dilengkapi dengan sistem biomassa pada 2021
  9. PLTU Pindo Deli dan Paper Mill II
    PLTU yang terletak di Karawang, Jawa Barat itu memiliki kapasitas 50 MW.
  10. PLTU Merak Power Station unit 1-2
    PLTU Merak Power Station terletak di Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten berkapasitas 120 MW. Pada bulan Agustus 2007, PT Merak menandatangani kontrak senilai US$108 juta dengan Shanghai Electric untuk merancang, membangun, menugaskan, dan menyelesaikan pembangkit tersebut.

(Baca juga: Proyek PLTU Baru Indonesia Terbesar ke-3 di Dunia)

KLHK hentikan operasional 4 perusahaan

Buruknya kualitas udara Jabodetabek begitu dikeluhkan masyarakat. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pun menghentikan operasional empat perusahaan yang diduga berkontribusi terhadap polusi udara di Jabodetabek saat ini.

Perusahaan itu di antaranya PT Wahana Sumber Rezeki dan PT Unitama Makmur Persada yang bertempat di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Marunda, Jakarta Utara; PT Maju Bersama Sejahtera di Cakung, Jakarta Timur; dan PT Pindo Deli 3 di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Melansir Republika.co.id, ada sejumlah alasan pemberhentian operasional perusahaan tersebut oleh Satuan Tugas Pengendalian Pencemaran Udara Jabodetabek di bawah KLHK. 

PT Wahana Sumber Rezeki dan PT Unitama Makmur Persada, disebut tak memiliki Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang rinci. Sebagai informasi, kedua perusahaan ini menyediakan stockpile atau tempat penumpukan batu bara.

Selanjutnya, PT Maju Bersama Sejahtera, disebut tak memiliki kesesuaian antara dokumen lingkungan dengan keadaan lapangannya.

Kemudian PT Pindo Deli 3, memiliki tempat untuk dumping Fly Ash and Bottom Ash (FABA) atau pembakaran batu bara. Tempat ini tentu memiliki cerobong asap untuk FABA.

Satgas menyebut terjadi kesalahan dan tidak memenuhi persyaratan teknis dalam pemasangan lubang sampling. Spesifiknya, metode sampling tidak benar, lubang sampling tidak sesuai ketentuan, dan ada indikasi melakukan pengenceran. Perusahaan pulp dan kertas itu disebut tak memenuhi anjuran teknis dalam menjalankan kegiatan dumping limbah batu bara FABA.

"Tim kami sedang bekerja untuk meneliti satu per satu sumber-sumber emisi atau pencemar yang berpengaruh terhadap kualitas udara di Jabodetabek," kata Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK Rasio Ridho Sani dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (23/8/2023).

(Baca juga: 10 Negara dengan Emisi PLTU Batu Bara Terbesar di Dunia, Ada Indonesia)

Data Populer
Lihat Semua