Skor Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia mencapai 52,5 poin pada Juni 2023. Torehan tersebut meningkat dari Mei 2023 yang sebesar 50,3 poin.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) turut menghimpun skor PMI sejumlah negara. Di atas Indonesia masih ada India yang memperoleh skor 57,8 poin dan Thailand sebesar 53,2 poin.
Meski begitu, posisi Indonesia tetap melampaui beberapa negara besar, seperti Tiongkok yang mendapatkan skor 50,5 poin pada periode yang sama.
"PMI Tiongkok menunjukkan ekspansi meskipun melambat, pesanan baru naik dengan kecepatan yang lebih lambat sementara lapangan kerja turun selama empat bulan berturut-turut," tulis Kemenperin pada laporan tertulis yang diterima Databoks, Selasa (1/8/2023).
(Baca juga: Pesanan Domestik Sumbang Kenaikan IPM Manufaktur Indonesia Juni 2023)
Negara besar yang juga mendapatkan skor rendah adalah Amerika Serikat, dengan torehan 46,3 poin. Kemenperin menyebut capaian itu terkontraksi dari bulan sebelumnya yang sebesar 48,4 poin.
"(Amerika Serikat) di tengah penurunan pesanan baru dan output, terpengaruh oleh permintaan yang tertekan akibat inflasi dan suku bunga yang tinggi," kata Kemenperin.
Di kawasan ASEAN, Indonesia mengungguli Singapura (49,7); Malaysia (47,7); dan Vietnam (46,3). IPM Indonesia juga lebih tinggi dari Uni Eropa (43,4).
Namun begitu, Kemenperin mengatakan indeks PMI ASEAN secara umum menunjukkan ekspansi, baik produksi maupun permintaan baru.
Angka PMI ini mengindikasikan optimisme pelaku sektor bisnis terhadap kondisi perekonomian ke depannya. Investor maupun analis tak jarang memakai acuan PMI manufaktur ini.
Adapun parameter penilaian PMI sebagai berikut:
- 0 < PMI < 50: kontraksi atau perlambatan
- PMI = 50: stabil
- 50 < PMI < 100: ekspansi atau pertumbuhan
(Baca juga: Skor PMI Manufaktur Indonesia April 2023 Meningkat, Kalahkan Amerika Serikat dan Tiongkok)