BI Tahan Suku Bunga Acuan Juli 2023, Ekonomi Indonesia Dinilai Baik

Ekonomi & Makro
1
Adi Ahdiat 25/07/2023 16:00 WIB
Pergerakan Suku Bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2018-Juli 2023)
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75% pada Juli 2023.

Seiring dengan itu, suku bunga Deposit Facility masih ditahan di level 5,00%, dan suku bunga Lending Facility 6,50%. Langkah ini diambil BI di tengah situasi perekonomian dalam negeri yang dinilai masih terjaga.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik didukung oleh permintaan domestik. Perekonomian domestik pada triwulan II 2023 diprakirakan tumbuh lebih baik dari proyeksi, ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi," kata BI dalam siaran persnya, Selasa (25/7/2023).

BI menyatakan konsumsi rumah tangga secara nasional meningkat, terutama karena didorong naiknya mobilitas masyarakat, membaiknya ekspektasi pendapatan, terkendalinya inflasi, serta dampak positif dari Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan pemberian gaji ke-13 kepada Aparatur Sipil Negara (ASN).

Namun, BI memperkirakan ekspor barang melambat sejalan dengan ekonomi global yang melemah, sedangkan ekspor jasa tumbuh tinggi berkat kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara.

(Baca: Pasar Ekspor Indonesia Melemah Semester I 2023, Kecuali Tiongkok)

Meski ekonomi domestik dinilai cukup baik, BI memandang situasi global belum stabil.

"Ketidakpastian ekonomi global tetap tinggi. Pertumbuhan ekonomi global 2023 diprakirakan tetap sebesar 2,7%, namun disertai dengan pergeseran sumber pertumbuhan," kata BI.

BI memprediksi pertumbuhan Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara maju di Eropa akan lebih baik dari proyeksi awal. Namun, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan lebih rendah, sejalan dengan tertahannya konsumsi dan investasi terutama di sektor properti.

BI juga menilai tekanan inflasi di negara maju masih relatif tinggi, sehingga bisa mendorong kenaikan suku bunga kebijakan moneter di negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR).

"Perkembangan tersebut mendorong aliran modal ke negara berkembang lebih selektif dan meningkatkan tekanan nilai tukar di negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi risiko rambatan global," kata BI.

(Baca: Inflasi AS Makin Rendah pada Juni 2023, tapi Belum Capai Target The Fed)

Editor : Adi Ahdiat
Data Populer
Lihat Semua