Menurut laporan Biro Statistik Ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS), inflasi tahunan AS pada Juni 2023 secara umum mencapai 3% (year-on-year/yoy).
Laju inflasi itu sudah melambat 12 bulan berturut-turut, sekaligus menjadi inflasi terendah dalam dua tahun belakangan.
Melandainya inflasi AS pada Juni 2023 terutama dipengaruhi oleh harga energi yang lebih murah dibanding setahun lalu.
"Indeks harga energi turun 16,7 persen dalam 12 bulan terakhir," kata Biro Statistik Ketenagakerjaan AS dalam siaran persnya, Rabu (12/7/2023).
Jika dirinci berdasarkan komoditasnya, pada Juni 2023 indeks harga bensin di AS turun 26,5% (yoy), indeks harga fuel oil atau minyak bakar turun 36,6% (yoy), dan indeks harga gas turun 18,6% (yoy).
Namun, indeks harga listrik di AS masih meningkat 5,4% (yoy), dan indeks harga makanan secara umum naik 5,7% (yoy).
Komoditas-komoditas lainnya juga masih mengalami kenaikan harga, seperti kendaraan baru, pakaian, rumah/tempat tinggal, jasa transportasi, dan produk kesehatan.
Dari kelompok komoditas tersebut, inflasi paling besar terjadi pada jasa transportasi, yakni 8,2% (yoy).
Kendati inflasi umum di AS sudah jauh lebih rendah dibanding setahun lalu, bank sentral AS The Federal Reserve atau The Fed masih berpotensi menaikkan suku bunga acuan mereka, demi menekan laju inflasi ke target 2%.
"Kami mungkin membutuhkan beberapa kali kenaikan suku bunga lagi sepanjang tahun ini, untuk benar-benar menekan inflasi secara berkelanjutan ke sasaran 2%," kata Mary Daly, Presiden The Fed San Francisco, dilansir Reuters, Selasa (11/7/2023).
(Baca: Inflasi Indonesia Kian Melandai, Capai 4% pada Mei 2023)